Mengenai Saya

Foto saya
Sebuah UKM yang bergerak di bidang kepencintaalaman. Di bawah naungan Institut Pertanian Malang.

Selasa, 17 April 2012

Analisa vegetasi


  1. Pendahuluan

Vegetasi adalah kumpulan tumbuhan yang biasannya hidup bersama-sama pada satu tempat dan saling berinteraksi dengan lingkungan termasuk margasatwa.  Analisa vegetasi adalah cara mempelajari keadaan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi dan masyarakat tumbuh-tumbuhan sebagai satuan populasi atau komunitas.
Analisa vegetasi terdiri dari :
  1. Analisa Kwalitatif
Analisa kwalitatif dapat menggambarkan sifat khusus spesies terhadap vegetasi serta menggambarkan keberadaan suatu spesies pada waktu-waktu yang akan datang  Sifatnya yang kwalitatif sehingga tidak memiliki nilai pasti (relatif) dan subyektifitasnya tinggi.  Analisa ini meliputi :
  1. Sosiabilitas
Sosiabilitas menggambarkan keberadaan suatu spesies pada ruang yang ditempatinya.  Kriterianya meliputi ;
(Sos 1) Individu spesies tumbuhan hidup soliter, (Sos 2) Individu hidup berkelompok kecil, (Sos 3) Individu hidup berkelompok kecil, (Sos 4) Individu hidup dalam koloni kecil menutup permukaan tanah, (Sos 5) Individu hidup berkelompok sangat besar
  1. Vitalitas
Vitalitas menggambarkan tingkat kesuburan suatu spesies dalam perkembangannya sebagai respon terhadap lingkungan, diperlukan untuk mengetahui keberhasilan hidup suatu spesies.  Kriterianya meliputi :
(Vit 1) Berkembang biak, ada kecambah, sapihan, tiang, pohon dan siklus hidup lengkap, (Vit 2) Siklus hidup sering lengkap tetapi tidak teratur, (Vit 3) Siklus hiup jarang lengkap, (Vit 4) Kadang lengkap, kecambah sedikit dan jarang yang bertahan hidup.
  1. Periodesitas menggambarkan keadaan yang ritmis dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan yang dinyatakan dengan adanya daun, bunga, buah, tunas.
  2. Stratifikasi terjadi akibat kompetisi suatu jenis tertentu yang lebih dominant dari yang lainnya sehingga membentuk struktur vertical. Yang meliputi :
Ø  Stratum A : lapisan teratas terdiri dari pohon yang tingginya > 30 m, biasanya tajuk diskontinyu, batang tinggi dan lurus, batang bebas cabang tinggi, pada waktu muda (semai sampai sapihan) perlu naungan tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak.
Ø  Stratum B : pohon-pohon yang tingginya antara 20 – 30 m, tajuk pada umumnya kontinyu, batang pohon biasanya banyak cabang, kurang membutuhkan nauangn (tahan naungan).
Ø  Stratum C : pohon yang tingginya 4 – 20 m, tajuk kontinyu, pohonnya kecil, rendah dan banyak cabang.
Ø  Stratum D : lapisan perdu dan semak dengan tinggi 1 – 4 m.
Ø  Stratum E : lapisan tumbuhan penutup tanah, tingginya 0 – 1 m dan pohon mati.
2. Analisa Kuantitatif : untuk menerangkan populasi atau komunitas dengan pengukuran tertentu seperti kepadatan (density), frekuensi, coverage, dominansi dan biomassa.
a.       Kepadatan (density) : jumlah individu per unit area (luas) atau unit volume, sedangkan kelimpahan (ambudance) adalah jumlah individu dalam suatu area/tempat tertentu. Misalnya : luasan suatu tempat  adalah 2,5 ha tumbuh pohon mahonni dengan kelimpahan 100 poho, maka kepadatan pohon mahoni adalah 100/2,5 = 40 pohon/ha.
b.       Coverage (luas penutupan) : meliputi basal coverage (penutupan batang) yang diukur 1,30 m di atas tanah (setinggi tanah) dan aerial coverage (penutupan tajuk).
c.        Biomassa (B)
       biomassa merupakan berat individu suatu populasi dan sering dinyatakan per      unit luas atau volume.  Misalnya produktifitas rumput di areal pengembalaan satwa 10 kg /m2.
d.   Frekuensi, FR, Dominasi, DR dan INP
      Dapat dilihat pada analisis data. 
Pengambilan Sampel
Intensitas sampling (IS) adalah Persentase jumlah sample terhadap populasi seluruhnya.  Semakin besar jumlah contoh akan memberikan hasil (data) yang lebih mewakili (representative), tetapi memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak. 
Besarnya intensitas sampling pada analisa vegetasi bervariasi, tergantung pada luas hutan.  Semakin luas hutan yang akan dianalisa biasanya intensitas sampling yang akan digunakan semakin kecil.  Kelompok hutan dengan luas 1000 Ha atau kurang digunakan intensitas sampling 10 %, untuk kelompok hutan yang luasnya antara 1000 – 10.000 digunakan intensitas sampling 5 % dan untuk hutan yang luasnya lebih dari 10.000 Ha digunakan intensitas sampling 2 %. 
Cara Menentukan Jumlah Petak Contoh
            Misalnya luas hutan 3 Ha dianalisis dengan metode transek dengan ukuran petak contoh 20x50 m. Berapa jumlah petak contoh yang harus dibuat ?
IS = 10 %
Luas contoh      = Luas areal hutan x IS
                         = 3 Ha x 10 %
                         = 0,3 Ha
Ukuran petak contoh     = 20 x50 m
                                       = 1000 m2
                                    = 0,1 Ha
Jumlah petak contoh     = Luas contoh
                                      Ukuran petak contoh

                                    = 0,3 Ha
                                        0,1 Ha
=  3 Petak contoh
Pembedaan Stadium
  1. Pohon dewasa yaitu pohon yang mempunyai akar, batang dan tajuk yang jelas dengan tinggi minimum 5 m serta mempunyai diameter batang lebih dari 35 cm atau keliling batang lebih dari 110 cm.
  2. Tiang (pole) yaitu pohon muda, diameter batang 10 – 35 cm atau keliling batang antara 31,4 – 110 cm.
  3. Sapihan atau pancang (sapling) serta perdu lainnya yaitu permudaan vegetasi dengan tinggi lebih dari 1,5 m sampai dengan pohon-pohon muda dengan diameter batang lebih dari 10 cm.
  4. Semai (seedling) serta tumbuhan bawah lainnya yaitu permudaan vegetasi mulai dari kecambah sampai mempunyai tinggi kurang dari 1,5 m termasuk vegetasi lantai hutan.
B. Metode Analisa Vegetasi
1.  Metode Petak Tunggal
Dilakukan dengan menggunakan satu petak contoh yang diharapkan mewakili seluruh vegetasi dengan ukuran minimum diperoleh dari “Species Area Kurva”. 
Teknik pelaksanaan :
a.       Pertama kali dibuat petak contoh kecil untuk padang rumput digunakan (0,5 x 0,5) meter, kemudian dicatat semua spesies yang ada di dalam petak contoh kecol tersebut.
b.      Petak contoh diperluas 2 kali, 4 kali, 8 kali dan seterusnya, sehingga penambahan spesies yang dicatat setiap kali perluasan menjadi sangat kecil (sedikit) atau penambahan petak contoh tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis.



Gambar 1.  Metode Petak Tunggal

Keterangan :
1, 2, 3, 4, 5 adalah petak contoh yang tumpang tindih
Penetapan Luas Petak Contoh Minimum
            Kriteria yang dijadikan dasar penentuan luas petak contoh minimum adalah penambahan luas petak contoh tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5 – 10 % (Oosting, 1958 dalam Soerianegara dan Indrawan,1983) Contoh penentuan luas petak contoh minimum tersaji pada tabel berikut :
No
Ukuran Petak contoh (Ha)
Jumlah Spesies
Penambahan Spesies
Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
5 x5 = 25 m2 = 0,0025 ha
5 x 10 = 50 m2 = 0,005 ha
10 x 10 = 100 m2 = 0,01 ha
10 x 20 =200 m2= 0,002 ha
20 x 40 = 400 m2 = 0,04 ha
20 x 40 = 800 m2 = 0,08 ha
40 x 40 =1600 m2= 0,16 ha
40 x 80 =3200 m2 =0,32 ha

10
14
16
19
21
23
24
25
-
4
2
3
2
2
1
1
-
4/10 x 100 = 40
2/14 x 100 = 14,29
18,75
10,52
9,52
4,35
4,17
           
Dari table diatas bahwa luas petak contoh minimum yang harus dibuat adalah 0,08 Ha karena persentase penambahan jenis kurang dari 10 %.

1 komentar:

MAPALIPMA INDONESIA mengatakan...

sobat" yang ingin bergabung silahkan posting