Mengenai Saya

Foto saya
Sebuah UKM yang bergerak di bidang kepencintaalaman. Di bawah naungan Institut Pertanian Malang.

Jumat, 08 Juni 2012

SENSUS SATWA ( ANIMAL WATCHING)


A. Pendahuluan
            Inventarisasi dan sensus merupakan pekerjaan yang penting utnuk mengukur potensi kawasan yang mencakup aspek keanekaragaman, penyebaran dan populasi flora maupun fauna. Inventarasasi merupakan pekerjaan yang lebih bersifat kualitatif, misalnya mengetahui jenis-jenis flora (anveg), jenis-jenis fauna (sensus satwa) termasuk daerah penyebarannya dan mempelajari lingkungan hidup secara keseluruhan. Sensus satwa adalah perhitungan satwa dalam areal pada suatu waktu tertentu atau pada interval waktu tetentu. Hal ini dilakukan karena segala yang ada di alam senantiasa dinamis sepanjang waktu.
Persiapan Pelaksanaan Sensus Satwa
1. Studi literature : mencakup jenis satwa (tanda morfologi, jejak, bagian lain yang ditinggalkanya, suara, sarang, cakaran, baua-bauan, dll) ; habitat, behavior dan waktu aktif (diurnal/aktif siang hari, nocturnal/aktif malam hari, crepuscular/aktif pada senja dan pagi hari); kondisi kawasan sensus (iklim, topografi, aksesibilitas, sosial ekonomi masyarakat sekitar, dll).
2. Peralatan dan bahan : yang disiapkan tergantung dari metode sensus yang dugunakan, yang meliputi kamera, literature, kalkulator, alat tulis, binokuler, kaca pembesar, jarring, kompas, dan peralatan lainnya (tenda, jas hujan, sepatu boot, lampu senter, alat-alat masak, logistic, dll).
3. Desain pelaksanaan sensus : merupakan pembuatan rencana penelitian sehingga keterangan yang telah dikumpulkan mengarah pada masalah yang akan diteliti. Faktor utama dalam penentuan desain ini adalah (a) behavior (tingkah laku satwa), (b) biaya, (c) tenaga, (d) kondisi lokasi sensus.
B. Teknik Sensus (langsung, tidak langsung dan kombinasi diantaranya)
a. Langsung : perjumpaan secara langsung dengan satwa sehingg diperlukan pengetahuan pengenalan jenis satwa dan tanda-tanda lainnya. Yang meliputi :
1. Metode penghalauan (drive count)
Syarat-syarat pra melakukannya antara lain :
-          Areal yang digunakan biasanya areal hutan yang luas seperti savanna
-          Penyensus harus memahami medan penghalau
-          Memperhatikan kondisi iklim
-          Penyensus jangan menggunakan pakaian yang mencolok
-          Memperhatikan juga arah mata angina
-          Dilakukan saat aktifnya satwa, cuaca tidak hujan, dll.


 














Gambar 8. Teknik Metode Penghalauan
Keterangan :
Penghalau        :


 
Pencatat          :


 X
 
 
Satwa              :

Teknis pelaksanaan :
1. Menentukan arah penghalau di dalam peta
2. Membagi regu sensus dalam dua bagian yaitu penghalau dan pencatat
3. Penghalau selama bergerak berusaha untuk membuat gaduh sehingga satwa yang tersembunyi ikut keluar, sedangkan pencatat harus diam dan agak tersembunyi
4. Menentukan jalur pengalau dan jarak antara penghalau adalah sekitar 50 m, pengamat berada pada batas akhir penghalau
5. Penghalau dilakukan dengan simultan dengan arah yang tetap dan jarak antar penghalau juga tetap
6. Penghalau bergerak serempak sehingga diusahakan membentuk garis lurus
7. Setiap satwa yang keluar dari areal sensus dicatat oleh pencatat maupun oleh penghalau
8. Masing-masing pencatat hanya mencatat satu jalur di bagian kanan atau kiri
9. Satwa yang lari masuk ke dalam areal sensus dihitung dan nantinya akan menjadi pengurang dalam jumlah akhir
10. Setelah mencapai jarak yang ditentukan maka penghalau dihentikan.
Analisa data :
-          Satwa yang keluar berbalik melewati garis penghalau dicatat oleh penghalau
-          Satwa yang meninggalkan areal sensus di depan penghalau maka harus dicatat oleh pencatat
-          Satwa yang masuk ke dalam areal sensus pada saat sensus dilaksanakan maka dicatat oleh pencatat dengan tanda minus
-          Jumlah satwa yang keluar dan dicatat baik oleh penghalau maupun oleh pengamat dijumlah dengan satwa yang masuk dalam arean sensus. Hasil tersebut menunjukan jumlah satwa yang terdapat dalam areal sensus.
Untuk mengetahui kepadatan populasi satwa per satuan luas dihitung dengan rumus :
A =                        
A =  Kepadatan populasi
B = Jumlah satwa yang terlihat
C = Luas areal sensus
Ketelitian dari metode ini tergantung dari penempatan dan kecepatan penghalau, pencatat, ukuran, jumlah dan penyebaran sample.
2. Metode Persimpangan (cruising method)
            Dilakukan berdasarkan unit contoh dengan luas minimal 6,4 km2, jarak antar jalur 0,4 – 0,8 km, waktu pemberangkatan secara serempak, antar jalur saling bersimpangan. Metode ini memerlukan biaya dan tenaga yang jauh lebih sedikit jumlahnyadibandingkan dengan metode penghalau.


Gambar 9. Teknik Metode Persimpangan
Keterangan :
Petugas sensus :


X
 
 
Satwa  :
Teknis pelaksanaan :
1. Menentukan letak/penyebaran dan arah jalur sampel
2. Tenaga kerja disiapkan sesuai dengan kebutuhan
3. Titik permulaan jalur ditentukan terlebih dahulu
4. Tenaga pencatat berjalan sepanjang jalur sample mencatat jumlah dan jarak antara satwa yang terlihat oleh pencatat
5. Menghitung populasi satwa pada unit sample.
Populasi satwa pada unit sample dapat dihitung dengan rumus :
P =       
P = Populasi                X = Panjang rintis
A = Luas sample         Y = Jarak rata-rata terlihatnya satwa
Z = Jumlah satwa yang terlihat
3. Metode Transek (transec method)
            Melakukan penghitungan satwa pada transek-transek yang dibuat dengan penetapan garis transek harus cukup jauh dari pinggir wilayah studi. Pengamat berjalan sepanjang transek (L meter) dam menghitung satwa umumnya mamalia besar (rusa, kijang, banteng, dll) pada kedua sisi transek kemudian mencatat jarak antara lokasi satwa terlihat dengan pengamat (r). Metode ini diasumsikan bahwa satwa tersebar secara acak dan kemungkinan terlihatnya satwa sama pada kedua transek. Oleh karena itu garis transek dihindarkan memotong batas tepi wilayah sensus.


Gambar 10. Teknik Metode Transek
Keterangan :
L = Panjang transek
A, B = Arah transek
r =  Jarak antara pengamat dengan satwa yang terlihat
Pengamat =
X
 
Satwa =

Contoh tabel data yang diambil pada sensus satwa metode transek

Transek
Perjumpaan satwa
Jenis satwa
Jumlah satwa
Jarak ke satwa (m)
Sudut
Keterangan
I

1
2
3
4
5
6
Monyet
Lutung
Macan
Rusa
Kukang
Banteng
1
1
1
1
1
1
50
38
44
20
32
25
40
50
35
60
30
45

II

1
2
3
4
…..
…..
…..
…..
1
1
1
1
15
35
28
40
25
40
35
55

Total


10
327
415

Rata-rata



32,7
41,5


Analisa data :
Pendugaan populasi pada metode transek dapa dihitung dengan menggunakan rumus :
PD =
Keterangan :
PD = Populasi dugaan                                    L = Panjang jalur transek (km2)
A = Luas areal pengamatan (km2)       D = Jarak rata-rata (km2)
Z = Jumlah satwa terlihat                    a = Sudut rata-rata
n = Jumlah transek
Contoh :
Dari tabel diatas luas areal pengamatan (A)10 km2, panjang transek yang dibuat (L) 2 km, jumlah transek yang dibuat (n) 2 jalur dan jumlah satwa yang terlihat (Z) 10 ekor. Hitunglah populasi dugaannya.
PD =
      =
      = 578,034  ~ 578 satwa/10 km2
Jadi pendugaan kepadatan populasi satwa adalah 578 ekor/10 km2
4. Metode Point Sensus (point count)
            Sensus dilakukan pada setiap titik yang ditentukan secara sistematis, misalnya diibuat jalur sepanjang 2 km dengan 50 tttik pengamatan, sehingga jarak setiap titik pengamatan 40 m. Pengamatan dilakukan pada setiap titik selama 5 – 10 menit (periode waktu pengamatan) tergantung dari satwa yang disensus, akan tetapi jika periode waktu telah ditentukan 10 menit maka untuk semua titik harus menggunakan 10 menit. Dalam setiap periode waktu pengamatan sebaiknya dibagi lagi dalam interval-interval waktu (misalnya : 2 menit).
Contoh tabel data untuk metode point sensus
Titik pengamatan
Habitat
Start time
Time period
Jenis
Jumlah
Jarak (m)s
1
H. pantai
08.40
0 – 2 menit
Macaca
2
12
2
H.pantai
09.40
0 -2 menit
Burung
1
17
3
H. pantai
10.40
0 – 2 menit
Lutung
3
10

Keuntungan metode ini :
a. Konsentarsi penuh satwa dan habitatnya tanpa memperhatikan arah perjalanan
b. Lebih banyak waktu untuk identifikasi satwa
c. Lebih baik untuk mengetahui jenis satwa yang tersembunyi dan sulit diamati
d. Jumlah titik pengamatan : tergantung dari sample yang dibutuhkan dan umumnya sebanyak 50 titik pengamatan untuk jenis yang umum, dan untuk jenis yang langka semakin banyak semakinbaik (data yang didapat lebih mewakili).
e. Waktu yang dibutuhkan dalam pengamatan : ini biasanya masalah yang agak sulit, tetapi umumnya adalah 5 – 10 menit dan untuk satwa yang tersembunyi dapat diperpanjang lagi waktunya.
fs. Pengumpulan data : sebelum mengumpulkan data sebaiknya menunggu terdahulu beberapa menit sampai kondisi menjadi tenangkembali setelah suara berisik yang ditimbulkan oleh pengamat di titik pengamatan. Data yang diharapkan dari pengamat adalah jenis, jenis kelamin, tipe habitat, dan jumlah jenis.
5. Metode Konsentrasi (consentration method)
            Yang perlu dilakukan adalah mencari tempat yang sering dikunjungi satwa misalnya (di danau, di tepi pantai, di sungai, di savanna, dll); diam dan menunggu satwa yang terlihat, mencatat jenis satwa, waktu perjumpaan, jumlah satwa, jarak pandang dan keterangan lainnya.
Contoh tabel metode konsentrasi
Tanggal           :                                               Waktu             :
Lokasi             :                                               Cuaca              :

No.
Jenis satwa (nama local/Indonesia
Nama ilmiah
Jumlah satwa
Waktu
Estimasi pandang (m)
Keterangan
1

2

3
Lutung

Kutilang

Rangkok
Trachypithecus auratus
Pycnonotus aurigaster
Buceros rhinoceros
3 ekor

2 ekor

1 ekor
06.50

07.12

07.25
10

13

8
Bulu hitam,dll
Bulu hitam dan putih
Bertengger,dll

b. Metode Tidak Langsung : menghitung satwa tanpa melihat langsung satwanya, penyensus hanya menghitung tanda-tanda kehadiran satwa seperti jejak, suara, kotoran, bulu,dll. Yang meliputi :
1. Penghitungan sarang (nest count)
Teknis pelaksanaan :
-          Dilakukan sambil berjalan pada transek yang telah ditentukan
-          Dicatat jarak sarang dan jumlahnya
-          Biasanya untuk satwa yamg memiliki sarang, misalnya burung-burung
Analisa data ;
Kerapatan sarang dapat dihitung dengan rumus :
K =
Keterangan :
K   = Kerapatan sarang
A   = Luas areal sensus
J     = Jumlah sarang
P    = Panjang sarang
d    = Jarak rata-rata pengamat ke sarang
2. Penghitungan suara (call count)
            Dengan membuat transek yang memotong wilayah sensus bisa berupa jalan tetap, jalan setapak, sungai, dll. Pada transek tersebut ditentukan stasiun pendengaran dengan jarak yang sistematis, misalnya setiap 1 atau 2 km. Waktu pengamatan tiap stasiun juga harus sama yaitu 5 – 10 menit. Setiap periode pendengaran suara pada stasiun, yang harus diperhatikan dan dicatat adalah : (a) jumlah dari kelompok suara panggilan, (b) arah suara panggilan, (c) perkiraan jarak dari pengamat ke suara sumber panggilan.

Tidak ada komentar: