Mengenai Saya

Foto saya
Sebuah UKM yang bergerak di bidang kepencintaalaman. Di bawah naungan Institut Pertanian Malang.

Jumat, 08 Juni 2012

TEKNIK PENGAMATAN BURUNG


Pendahuluan
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.
Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.

Evolusi dan Morfologi

Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria.
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.

Kebiasaan

Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.
Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar alias tempua, rangkong, walet, dan namdur.
Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah, sehingga harus dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam mencari makanan dan perlindungan. Anak burung gosong bisa segera berlari beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu terbang.
Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina. Sementara burung manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau ditinggalkannya.

Burung dan Manusia

Burung telah memberikan manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia. Beberapa jenis burung, seperti ayam, kalkun, angsa dan bebek telah didomestikasi sejak lama dan merupakan sumber protein yang penting; daging maupun telurnya.
Di samping itu, orang juga memelihara burung untuk kesenangan dan perlombaan. Contohnya adalah burung-burung merpati, perkutut, murai batu dan lain-lain. Burung-burung elang kerap dipelihara pula untuk gengsi, gagah-gagahan, dan untuk olahraga berburu. Banyak jenis burung telah semakin langka di alam, karena diburu manusia untuk kepentingan perdagangan tersebut.
Selain itu populasi burung juga terus menyusut karena rusaknya habitat burung akibat kegiatan manusia. Oleh sebab itu beberapa banyak jenis burung kini telah dilindungi, baik oleh peraturan internasional maupun oleh peraturan Indonesia. Beberapa suaka alam dan taman nasional juga dibangun untuk melindungi burung-burung tersebut di Indonesia.
Yang menyenangkan, beberapa tahun belakangan ini telah tumbuh kegiatan pengamatan burung (birdwatching) di kalangan pemuda dan pelajar. Kegiatan yang menumbuhkan kekaguman dan kecintaan pada jenis-jenis burung yang terbang bebas di alam ini, sekaligus merintis kecakapan meneliti alam — terutama kehidupan burung — di kalangan generasi muda tersebut
YANG HARUS DI PERHATIKAN DALAM PENGAMATAN BURUNG
Tempat
Di dunia ini satwa yang dapat dijumpai di berbagai tempat adalah burung.  Dari pantai sampai pegunungan, dari gurun pasir bahkan sampai daerah yang bersalju kita dapat menjumpai makhluk hidup yang bernama burung.  Namun dalam pengamatan burung, ada baiknya kita terlebih dahulu mengenal burung-burung yang ada disekitar kita, misalnya pekarangan rumah, taman/hutan kota dll.
Waktu
Sebenarnya kita dapat mengamati burung kapan saja, karena burung ada disekitar kita setiap saat.  Namun waktu yang ideal untuk pengamatan adalah pagi dan sore hari, karena pada saat tersebut burung sedang aktif melakukan kegiatan baik bersuara maupun bergerak sehingga relatif lebih mudah bagi kita untuk menemukannya. Kita juga dapat mengamati burung pada malam hari, karena ada beberapa jenis burung yang aktif pada malam hari (nokturnal) seperti burung hantu dan cabak maling.
Perlengkapan
Untuk mengamati burung diperlukan beberapa perlengkapan yaitu :
1.   Buku catatan dan pensil, untuk mencatat segala informasi tentang burung yang teramati seperti bentuk paruh, kepala, warna, aktifitas dll
2.   Buku pengenalan jenis burung, untuk membantu mengenali jenis burung dengan benar.  Contoh bukunya yaitu Birds of Borneo, Sumatra, Java and Bali (MacKinnon) yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.  Untuk membantu dalam mencari jenis burung, biasanya dalam buku pengenalan jenis burung-burung yang hidup di perairan ada diurutan pertama buku dan burung-burung berkicau di urutan terakhir.
3.   Teropong, untuk membantu mengenali burung dari jarak dekat.
4.   Teleskop
5.   Kamera


Pakaian
Sebaiknya jangan menggunakan pakaian yang berwarna cerah/mencolok jika kita hendak mengamati burung di alam karena akan membuat takut burung.  Gunakan pakaian yang berwarna redup seperti coklat/hijau.  Yang penting lagi harus nyaman dikenakan, memiliki kantung untuk tempat buku catatan saku, menyerap keringat dan sebaiknya berlengan panjang untuk menghindari kita dari gigitan serangga dan goresan duri.  Ada baiknya gunakan penutup kepala/topi untuk menhindari sengatan matahari.  Dan yang pasti, janganlah bersuara (ribut) dan berjalanlah perlahan karena penglihatan dan pendengaran burung sangat tajam.
CARA MENGAMATI BURUNG
Hal pertama yang harus diingat selama melakukan pengamatan burung adalah bahwa penglihatan dan pendengaran burung sangat peka. Burung akan segera terbang dan menghilang dari pandangan apabila merasa terganggu dengan kehadiran kita. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini :
v Jangan bersuara dan berjalanlah secara perlahan-lahan.
v Jika memungkinkan, carilah tempat untuk persembunyian.
v Gunakan pakaian dan topi dengan warna yang redup (tidak mencolok).
v Amati burung sambil duduk, karena dengan duduk Anda akan dapat bertahan lebih lama mengamatinya.
Secara garis besar, teknis pencatatan hasil pengamatan burung di lapangan adalah sebagai berikut :
v Catat tanggal, waktu dan lokasi pengamatan.
v Gambarkan lokasi pengamatan (misalnya di perumahan, kebun, hutan, dan lain-lain).
v Catat kondisi cuaca pada saat melakukan pengamatan.
v Catat jenis-jenis burung yang dijumpai selama pengamatan.
Pada kenyataannya, di lapangan seringkali kita menemukan jenis-jenis burung yang relatif sulit untuk dikenali (diidentifikasi). Untuk jenis-jenis seperti ini kita harus melihatnya dari jarak yang cukup dekat, supaya bisa menggambarkannya dengan jelas di buku catatan lapangan. Gambar dalam buku catatan lapangan sebaiknya meliputi bentuk dasar, warna bulu sayap, warna kepala, bentuk paruh, warna perut dan ukuran tubuhnya. Untuk menentukan ukuran sebaiknya menggunakan burung-burung yang telah Anda kenal sebagai acuannya, misalnya lebih besar dari burung gereja, tetapi lebih kecil dari burung jalak. Jangan sekali-kali mengandalkan ingatan semata, tetapi harus selalu dibiasakan untuk menggambarkannya di buku catatan lapangan.
v Catat jumlah individu masing-masing jenis burung yang kita jumpai
Menghitung jumlah burung yang mengelompok seperti burung pantai, akan relatif sulit, terutama bagi pengamat pemula. Cara melatihnya adalah dengan mengamati sekelompok burung dan memperkirakan jumlahnya, kemudian hitung satu persatu. Adakah perbedaan antara jumlah sebenarnya dengan perkiraan kita?
v Catat aktifitas dari burung yang sedang Anda amati, misalnya sedang makan, berkicau, menisik, dan lain-lain.
v Catat interaksinya dengan lingkungan sekitar, misalnya sedang berkejaran dengan jenis burung lain atau sedang bertengger di atas kerbau, dan lain-lain.
v Kompilasikan data pengamatan Anda dalam suatu buku / lembar catatan pengamatan.
Yang Perlu Di Catat Dalam Pengamatan Butung
1.   Ukuran
Ukuran disini berarti membandingkan dengan jenis-jenis yang
ditemui. Apakah besar tubuh, tidak termasuk ekor, lebih besar, lebih
kecil atau sama dengan emprit atau pipit, merpati atau gagak?
2.   Bentuk tubuh  
Apakah tinggi ramping seperti bangau atau bulat montok seperti
gemak?
3.   Warna Apa warna bulunya?  
Apakah hitam seperti gagak, kuning seperti kepodang atau warna lainnya?

4.   Ciri khas (field mark)
Berbagai burung memiliki ciri khas yang dimiliki oleh burung itu. Elang Jawa memiliki garis-garis disekitar dada dan perutnya, selain jambul di kepalanya. Bondol jawa dan bondol oto hitam hampir sama, baik secara ukuran maupun bulu. Perbedaan yang mencolok adalah pada bagian dadanya. 
5.   Perilaku
Burung memiliki perilaku tersendri. Misalnya ; Srigunting walaupun kecil namun berani mengusir elang ular bido yang ukuran tubuhnya jauh lebih besar ketika memasuki wilayahnya.
6.   Kicauan dan suara yang ditimbulkan.
Burung memiliki kicauan yang berbeda. Apa bila sama, burunng tersebut satu jeni. Misalnya; suar elang dengan suara burung merpati, dll. Di Brasil burung bultok dari suku Megalaima, mudah dikenali dari suaranya yang mirip dengan namanya. Kepakan sayap julang emas oleh beberapa orang disebut mirip dengan suara helicopter. Pengalaman akan sangat membantu menemukan teknik identifikasi.
PENUTUP
Pengamatan Burung lebih menyenangkan jika dilakukan dalam satu kelompok kecil, antara 2-5 orang. Kelompok dengan jumlah besar lebih tidak efektif karena cenderung lebih berisik dan menakut-nakuti burung. Masalah lain timbul ketika keberadaan teropong, baik monokuker maupun binokuler, tersedia dalam jumlah terbatas.
Hambatan-hambatan seperti penutupan jalan atau tersesat dapat dihindari. Pada dasarnya, Pengamatan Burung dapat dilakukan kapan saja. Tetapi kebanyakan burung aktif pada pagi hari. Birdwacthing yang dilakukan antara jam 11 siang sampai 3 sore akan banyak menguras tenaga. Panas matahari ditambah sedikitnya burung yang dapat diamatai hanya menghasilkan kekecewaan belaka. Sangat disarankan Pengamatan Burung dilakukan sepagi mungkin atau selepas jam 3 sore. Burung cenderung mudah curiga terhadap keberadaan manusia. Suara yang berlebihan akan membuat mereka terganggu dan ketakutan. Bila ingin mengamati lebih dekat, cobalah berjalan pelanpelan beberapa langkah kemudian berhenti. Laying-layang asia tidak takut kepada manusia yang lewat tapi bila ada manusia yang berhenti di dekatnya, mereka akan segera terbang menjauh. Jaga kebersihan. Plastic, bahan pembungkus paling murah ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai.

Tidak ada komentar: