Plasma
nutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh
atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme. Plasma nutfah
merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mendukung pembangunan nasional.
Pengertian lain,,,,
Plasma Nutfa adalah Masa organisme (flora dan fauna) yang masih membawa sifat sifat genetik asli. Plasma Nutfah merupakan substansi yang mengatur perilaku kehidupan secara turun termurun, sehingga populasinya mempunyai sifat yang membedakan dari populasi yang lainnya. Perbedaan yang terjadi itu dapat dinyatakan, misalnya dalam ketahanan terhadap penyakit, bentuk fisik, daya adaptasi terhadap lingkungannya dan sebagainya.
Pengertian lain,,,,
Plasma Nutfa adalah Masa organisme (flora dan fauna) yang masih membawa sifat sifat genetik asli. Plasma Nutfah merupakan substansi yang mengatur perilaku kehidupan secara turun termurun, sehingga populasinya mempunyai sifat yang membedakan dari populasi yang lainnya. Perbedaan yang terjadi itu dapat dinyatakan, misalnya dalam ketahanan terhadap penyakit, bentuk fisik, daya adaptasi terhadap lingkungannya dan sebagainya.
A. Pengertian
Plasma Nutfah
Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam
setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul atau
kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul
masa kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan
tapi belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis
budidaya.
B.
Bentuk Wadah Dan Macam Plasma Nutfah
Wadah plasma
nutfah secara alami berupa ekosistem, dari jenis yang liar dapat berupa hutan,
savana, semak, padang rumput, semi padang pasir dan
sebagainya.
Macam plasma
nutfah, selain berupa jenis tumbuhan liar juga varietas primitif, varietas
pembawa sumber sifat yang khusus, varietas unggul yang sudah kuno dan varietas
unggul masa kini.
1. Jenis liar atas dasar sejarah pembudidayaan
dan penggunaan potensinya dapat digolong-kan menjadi tiga kelompok yaitu :
- Jenis-jenis yang mungkin mempunyai
nilai ekonomi, tetapi sama sekali belum mem-budidayakan atau dipetik hasilnya.
- Jenis-jenis yang sudah dipetik dan
dimanfaatkan hasilnya tetapi belum atau tidak di-budidayakan.
-Jenis-jenis yang tidak dipetik
hasilnya, akan tetapi setelah mengalami atau melalui hi-bridisasi baru kemudian
dibudidayakan dan dimanfaatkan.
2.
Varietas primitive
Semua jenis yang
dibudidayakan secara langsung atau tidak berasal dari liar. Varietas primitif
adalah kultivar yang pembudidayaannya masih sederhana, belum mengalami
pemuliaan. Tumbuhannya yang termasuk kelompok ini biasanya di daerah tumbuhnya
mempunyai daya daptasi yang lebih baik, lebih tahan terhadap tekanan lingkungan
yang bersifat fisik maupun biologi.
Hal ini
dimungkinkan karena sudah ada seleksi gen secara alamiah yang tahan terhadap
dingin, panas, hama
ataupun penyakit di daerah tumbuh.
3.
Varietas sumber
sifat yang khusus
Kultivar yang
mempunyai kelebihan dalam sifat-sifat tertentu, misalnya kepekaannya terhadap
pemupukan. Sinar ketahanan terhadap hama
atau penyakit tertentu atau sifat khusus yang lain seperti produksi.
4.
Varietas unggul
Karena kemajuan di
bidang pemuliaan, varietas unggul dapat diciptakan dengan merakit sifat-sifat
yang baik dari beberapa sumber plasma nutfah.
Semakin besar
sifat keanekaragaman yang dimilikinya, akan semakin bebas pemulia untuk merakit
sifat-sifat yang baik. Dengan silih bergantinya zaman, varietas unggul
tidak dapat langgeng bertahan dipakai oleh petani. Memang pada saat tertentu
atau pada kondisi yang memadai varietas unggul mampu mengatasi atau melebihi
hasil varietas lain, akan tetapi pada kondisi yang lain untuk lingkungan yang
kurang menguntungkan misalnya munculnya kembali penyakit atau hama di daerah penanamannya dapat memukul
parah bahkan mengakibatkan fatal.
Hal ini dapat
disadari sebagai akibat kehogenan sifat gennya yang tinggi, varietas unggul
peka terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan.
Dengan pergantian
varietas unggul-unggul dari masa ke masa, maka dikenal varietas unggul masa
kini dan varietas unggul masa lampau atau yang sudah kuno.
C.
Permasalahan Kelestarian Plasma Nutfah Nabati
Sebagai salah satu
sumber daya alam, pengelolaan pemanfaatan plasma nutfah sekarang ini dirasakan
kurang sempurna yaitu banyak mengalami erosi yang menyebabkan berkurangnya dan
hilangnya jenis-jenis tertentu.
Banyak faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya erosi plasma nutfah nabati antara lain adalah :
1.
Timbulnya peledakan penduduk yang sangat besar, yang
menyebabkan perlunya perluas-an daerah permukiman di daerah-daerah pertanian
yang mengakibatkan terjadinya penggusuran tempat tumbuh plasma nutfah.
2.
Terjadinya eksploitasi hutan yang kebanyakan dilakukan
dengan tidak memperhatikan kelestarian plasma nutfah yang dikandungnya,
sehingga banyak jenis-jenis pohon yang mengalami erosi genetika seperti kayu
olin, cendana, sawo, kecik. Di samping itu eksploitasi hutan juga berakibat
merusak habitat hewan dan tumbuhan lain seperti jenis-jenis anggrek,
paku-pakuan, rotan dan tanaman perdu yang lain.
3.
Timbulnya tehnologi modern yang sering mengakibatkan
terdesaknya bahan alam oleh bahan sintesis, sehingga membahayakan kelestarian
plasma nutfah tertentu seperti tarum dan golongan serat-seratan.
4.
Penggunaan tumbuhan untuk keperluan industri yang
sering dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhatikan peremajaan, misalnya
golongan temu-temuan, kedawung, rotan, tengkawan.
Semua kegiatan di
atas adalah merupakan beberapa contoh yang dapat menyebabkan terjadinya erosi
plasma nutfah nabati, sehingga apabila proses tersebut terus berlangsung tanpa
adanya usaha untuk mengatasinya, akan kehilangan beberapa jeis-jenis tertentu yang
berarti juga kehilangan sebagian sumbernya alam.
Sebagai akibat
terjadinya erosi genetika mengakibatkan timbulnya kelangkaan pada jenis-jenis
tertentu, untuk mengetahui tingkat kelangkaan dari suatu jenis plasma nutfah
nabati, dikenal ada 5 macam katagori yaitu :
1.
Extinct (punah) adalah sebutan yang
diberikan pada tumbuhan yang telah musnah atau hilang sama sekali dari
permukiman bumi.
2.
Endangeret (genting) adalah sebutan
untuk jenis yang sudah terancam kepunahan dan tidak akan dapat bertahan tanpa
perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. Contoh : Rafflesia arnoldii
dan purwoceng (Pimpinella pruatjan).
3.
Vulnerable (rawan) katagori ini
untuk jenis yang tidak segera terancam kepunahan tetapi terdapa dalam jumlah
yang sedikit dan eksploitasinya terus berjalan sehingga perlu dilindungi
contohnya adalah : cendana (Satalum album) kayubesi (Eusideroxylon
ewageri) dan ki koneng (Arcangelisis flava).
4.
Rare
(jarang) sebutan untuk jenis yang populasinya besar tetapi terbesar secara
lokal atau daerah penyebarannya luas tapi tidak sering dijumpai, serta
mengalami erosi yang berat. Contohnya : sawo kecik (Munilkara kauki),
kedawung (Parkia roxburghii) dan pulai pandak (Rauvolfia serpentina).
5.
Indeterminate (terkikis) sebutan
untuk jenis yang jelas mengalami proses pelangkaan tetapi informasi keadaan
sebenarnya belum mencukupi, sebagian besar jenis-jenis plasma nutfah nabati
yang langka termasuk katagori ini.
D.
Metode Pelestarian Plasma Nutfah Nabati
Dalam penggunan
sumber daya genetika, eksplorasi dan pelestarian adalah merupa-kan kegiatan
pokok yang dwitunggal di dalam penyelamatan plasma nutfah. Eksplorasi
menyelamatkan sumber daya yang ada di lapangan, pelestarian menyelamatkan
koleksi yang baru dan yang sudah ada. Apabila dalam eksplorasi diperlukan
mekanisme kegiatan yang terarah di lapangan yang seluas mungkin, sedangkan yang
diperlukan dalam pelestarian adalah keefektifan organisasinya. Dalam kegiatan
mengadakan eksplorasi, pengumpulan, evaluasi dan pelestarian plasma nutfah
tersebut dimaksudkan untuk mencadangkan setiap nama koleksi yang juga dapat
digunakan dalam mencari dan menciptakan bibit unggul baru melalui seleksi atau
persilangan-pesilangan.
Strategi
pelestaria plasma nutfah nabati dapat berciri :
1.
Genotin tunggal atau populasi
2.
Tumbuhan hidup, biji, tepung sari, biakan jaringan atau
meristem.
3.
Satu, beberapa atau banyak jenis ekonomi.
4.
Bersifat nasional, regional atau internasional.
5.
Dalam bentuk koleksi dasar (base collection) atau
koleksi aktif.
Dalam pelaksanaan
strategi pelestarian biasanya timbul permasalahan-permasalahan sebagai akibat
adanya faktor-faktor pembatas antara lain meliputi :
1.
Masalah biasa yang menyangkut keuangan.
2.
Hama
dan penyakit.
3.
Kemungkinan akan kehilangan kesempurnaan genetik.
4.
Daur peremajaan.
5.
Keterbatasan tenaga dan tehnik.
Sehingga untuk
mencapai keberhasilan dalam pelestarian, dalam pelaksanaannya harus selalu
diikuti dengan pemecahan masalah-masalah yang timbul.
Metode pelestarian
plasma nutfah nabati ada 2 bentuk yaitu yang disebut pelestarian IN
SITU dan EX SITU.
1.
Pelestarian
In Situ
Cara pelestarian
ini adalah melestarikan plasma nutfah di dalam komunitasnya, di dalam biotanya.
Cara pelestarian ini pada umumnya cocok untuk jenis-jenis liar, sebab untuk
pelestarian jenis liar sering timbul adanya kesukaran-kesukaran yang disebabkan
:
-
Faktor adaptasi terhadap daerah dan iklim yang baru.
-
Faktor hama
dan penyakit.
-
Ukuran perawakan dan daur hidupnya.
Pelestarian secara
in situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar alam atau daerah lindung.
Pengawasan plasma
nutfah di daerah lindung harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan.Pelestarian secara in situ dilaksanakan dalam hutan, semak,
savana, stepa atau biota yang lain, jadi cara pelestarian ini dalam bentuk
koleksi tumbuhan hidup. Sehubungan dengan tujuan pelestarian plasma nutfah yang
ada, maka pengelolaan hutan seharusnya : keseimbangan ekosistem dijaga sestabil
mungkin guna melindungi plasma nutfah yang belum diusahakan.
2.
Pelestaria
Ex
Situ
Pelaksanaan cara
pelestarian ini adalah dengan mengeluarkan plasma nutfah dari wadahnya,
ekosistemnya atau biotanya, dan cara ini akan dapat dianggap berhasil baik dan
murah apabila yang dilestarikan dapat ditekan sampai tingkat yang minimal.
Ada
beberapa bentuk dalam pelestarian secara ex situ :
- Koleksi tumbuhan
hidup
Cara ini dapat
dilakukan pada kebun raya, Arboreta, kebun buah-buahan, kebun tanaman luar
(introduksi), stasiun/kebun pemuliaan dan kebun-kebun yang lain.
- Bentuk
penyimpanan biji
Pelestarian dalam
bentuk penyimpanan biji harus diperhatikan jenis biji yang akan disimpan, sebab
atas dasar sifatnya ada 2 kelompok jenis biji yaitu :
a.
Jenis yang orthodog yaitu jenis biji yang bereaksi
positif terhadap pengeringan dan pendinginan atau juga disebut mempunyai
kepekaan positif terhadap suhu rendah, pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
·
penurunan kadar air sampai 5%
·
suhu penyimpanan 10°C, atau lebih baik 0°sampai
20°C
·
disimpan di tempat yang gelap, tidak terjadi
pertukaran uap air, gas dan kelembaban udara kurang dari 70%, tempat
penyimpanan dapat berupa kaleng, gelas atau kantong aluminium.
·
tekanan O2 dijaga serendah mungkin
dan CO2 setinggi mungkin
b.
Jenis yang rekalasitranya itu jenis biji yang bereaksi
negatif terhadap pengeringan dan mungkin juga dengan pendinginan. Jenis ini
banyak terdapat pada pertumbuhan tropis yang tumbuh di hutan atau daerah basah.
Contoh : Cola, Artocarpus, Coffea, Theobroma, Havea dan macam-macam palmae,
cara penyimpanan setiap jenis mempunyai persyaratan yang berbeda dengan jenis yang
lain. Sehingga perlu penelitian yang lebih intensif.
- Bentuk
penyimpanan tepung sari
Seperti
penyimpanan kebanyakan biji, dalam penyimpanan tepung sari, daya hidupnya akan
lebih panjang apabila diperlukan penurunan suhu penyimpanan, kadar air dan
tekanan O. Yang masih sulit dijumpai adalah untuk penyimpanan dari jenis
Gramineae, Alismataceae dan Cyperaceae.
- Bentuk
penyimpanan persediaan meristem dan jaringan
Dalam bentuk
penyimpanan ini daya berkembangnya ditekan sekecil mungkin atau dihilangkan
sama sekali tetapi daya hidupnya dipertahankan sebaik mungkin.
Keuntungan dari
cara ini adalah :
- Ruang yang diperlukan relatif
sempit.
- Pemeliharaan murah dan sederhana.
- Tidak ada erodi genetika.
- Potensi perbanyakan tinggi.
- Yang bebas dari pathogen dapat
dipelihara dan diperbanyak.
Kesulitannya
adalah :
- Tidak semua jenis dapat dilakukan
dengan cara ini.
- Regenerasi tumbuhan dari jaringan
tidak selalu berhasil.
- Potensi perkembangan bentuk dapat
hilang pada jangka penyimpanan tertentu.
Penyimpanan pada
suhu rendah dimungkinkan lebih berhasil (suhu nitrogen cair -196°C).
Pelestarian plasma nutfah yang tidak dalam bentuk tanaman hidup, akan selalu
disertai satu contoh herbarium yang sering disebut voecher atau herbarium
acuan. Herbarium tersebut diperlukan sebagai jalan untuk mendeterminasi contoh
yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar