A. Pendahuluan
Inventarisasi dan sensus merupakan
pekerjaan yang penting utnuk mengukur potensi kawasan yang mencakup aspek
keanekaragaman, penyebaran dan populasi flora maupun fauna. Inventarasasi
merupakan pekerjaan yang lebih bersifat kualitatif, misalnya mengetahui
jenis-jenis flora (anveg), jenis-jenis fauna (sensus satwa) termasuk daerah
penyebarannya dan mempelajari lingkungan hidup secara keseluruhan. Sensus satwa
adalah perhitungan satwa dalam areal pada suatu waktu tertentu atau pada
interval waktu tetentu. Hal ini dilakukan karena segala yang ada di alam
senantiasa dinamis sepanjang waktu.
Persiapan
Pelaksanaan Sensus Satwa
1.
Studi literature : mencakup jenis satwa (tanda morfologi, jejak, bagian lain
yang ditinggalkanya, suara, sarang, cakaran, baua-bauan, dll) ; habitat,
behavior dan waktu aktif (diurnal/aktif siang hari, nocturnal/aktif malam hari,
crepuscular/aktif pada senja dan pagi hari); kondisi kawasan sensus (iklim,
topografi, aksesibilitas, sosial ekonomi masyarakat sekitar, dll).
2.
Peralatan dan bahan : yang disiapkan tergantung dari metode sensus yang
dugunakan, yang meliputi kamera, literature, kalkulator, alat tulis, binokuler,
kaca pembesar, jarring, kompas, dan peralatan lainnya (tenda, jas hujan, sepatu
boot, lampu senter, alat-alat masak, logistic, dll).
3.
Desain pelaksanaan sensus : merupakan pembuatan rencana penelitian sehingga
keterangan yang telah dikumpulkan mengarah pada masalah yang akan diteliti.
Faktor utama dalam penentuan desain ini adalah (a) behavior (tingkah laku satwa), (b) biaya, (c) tenaga, (d) kondisi
lokasi sensus.
B. Teknik Sensus (langsung, tidak langsung
dan kombinasi diantaranya)
a.
Langsung : perjumpaan secara langsung dengan satwa sehingg diperlukan
pengetahuan pengenalan jenis satwa dan tanda-tanda lainnya. Yang meliputi :
1.
Metode penghalauan (drive count)
Syarat-syarat
pra melakukannya antara lain :
-
Areal yang digunakan biasanya areal hutan yang luas
seperti savanna
-
Penyensus harus memahami medan penghalau
-
Memperhatikan kondisi iklim
-
Penyensus jangan menggunakan pakaian yang mencolok
-
Memperhatikan juga arah mata angina
-
Dilakukan saat aktifnya satwa, cuaca tidak hujan, dll.
Gambar
8. Teknik Metode Penghalauan
Keterangan :
Penghalau :
Pencatat :
|
Satwa :
Teknis
pelaksanaan :
1.
Menentukan arah penghalau di dalam peta
2.
Membagi regu sensus dalam dua bagian yaitu penghalau dan pencatat
3.
Penghalau selama bergerak berusaha untuk membuat gaduh sehingga satwa yang
tersembunyi ikut keluar, sedangkan pencatat harus diam dan agak tersembunyi
4.
Menentukan jalur pengalau dan jarak antara penghalau adalah sekitar 50 m,
pengamat berada pada batas akhir penghalau
5.
Penghalau dilakukan dengan simultan dengan arah yang tetap dan jarak antar
penghalau juga tetap
6.
Penghalau bergerak serempak sehingga diusahakan membentuk garis lurus
7.
Setiap satwa yang keluar dari areal sensus dicatat oleh pencatat maupun oleh
penghalau
8.
Masing-masing pencatat hanya mencatat satu jalur di bagian kanan atau kiri
9.
Satwa yang lari masuk ke dalam areal sensus dihitung dan nantinya akan menjadi
pengurang dalam jumlah akhir
10.
Setelah mencapai jarak yang ditentukan maka penghalau dihentikan.
Analisa
data :
-
Satwa yang keluar berbalik melewati garis penghalau
dicatat oleh penghalau
-
Satwa yang meninggalkan areal sensus di depan penghalau
maka harus dicatat oleh pencatat
-
Satwa yang masuk ke dalam areal sensus pada saat sensus
dilaksanakan maka dicatat oleh pencatat dengan tanda minus
-
Jumlah satwa yang keluar dan dicatat baik oleh
penghalau maupun oleh pengamat dijumlah dengan satwa yang masuk dalam arean
sensus. Hasil tersebut menunjukan jumlah satwa yang terdapat dalam areal
sensus.
Untuk
mengetahui kepadatan populasi satwa per satuan luas dihitung dengan rumus :
A
=
A
= Kepadatan populasi
B
= Jumlah satwa yang terlihat
C
= Luas areal sensus
Ketelitian
dari metode ini tergantung dari penempatan dan kecepatan penghalau, pencatat,
ukuran, jumlah dan penyebaran sample.
2.
Metode Persimpangan (cruising method)
Dilakukan berdasarkan unit contoh
dengan luas minimal 6,4 km2, jarak antar jalur 0,4 – 0,8 km, waktu
pemberangkatan secara serempak, antar jalur saling bersimpangan. Metode ini
memerlukan biaya dan tenaga yang jauh lebih sedikit jumlahnyadibandingkan
dengan metode penghalau.
Gambar
9. Teknik Metode Persimpangan
Keterangan :
Petugas sensus :
|
Satwa :
Teknis pelaksanaan
:
1. Menentukan
letak/penyebaran dan arah jalur sampel
2. Tenaga kerja
disiapkan sesuai dengan kebutuhan
3. Titik permulaan
jalur ditentukan terlebih dahulu
4.
Tenaga pencatat berjalan sepanjang jalur sample mencatat jumlah dan jarak
antara satwa yang terlihat oleh pencatat
5. Menghitung
populasi satwa pada unit sample.
Populasi satwa
pada unit sample dapat dihitung dengan rumus :
P =
P = Populasi X = Panjang rintis
A = Luas sample Y = Jarak rata-rata terlihatnya satwa
Z = Jumlah satwa
yang terlihat
3. Metode Transek (transec method)
Melakukan penghitungan satwa pada
transek-transek yang dibuat dengan penetapan garis transek harus cukup jauh
dari pinggir wilayah studi. Pengamat berjalan sepanjang transek (L meter) dam
menghitung satwa umumnya mamalia besar (rusa, kijang, banteng, dll) pada kedua
sisi transek kemudian mencatat jarak antara lokasi satwa terlihat dengan
pengamat (r). Metode ini diasumsikan bahwa satwa tersebar secara acak dan
kemungkinan terlihatnya satwa sama pada kedua transek. Oleh karena itu garis
transek dihindarkan memotong batas tepi wilayah sensus.
Gambar
10. Teknik Metode Transek
Keterangan :
L = Panjang
transek
A, B = Arah
transek
r = Jarak antara pengamat dengan satwa yang
terlihat
Pengamat =
|
Contoh tabel data yang diambil pada
sensus satwa metode transek
Transek
|
Perjumpaan satwa
|
Jenis satwa
|
Jumlah satwa
|
Jarak ke satwa (m)
|
Sudut
|
Keterangan
|
I
|
1
2
3
4
5
6
|
Monyet
Lutung
Macan
Rusa
Kukang
Banteng
|
1
1
1
1
1
1
|
50
38
44
20
32
25
|
40
50
35
60
30
45
|
|
II
|
1
2
3
4
|
…..
…..
…..
…..
|
1
1
1
1
|
15
35
28
40
|
25
40
35
55
|
|
Total
|
|
|
10
|
327
|
415
|
|
Rata-rata
|
|
|
|
32,7
|
41,5
|
|
Analisa data :
Pendugaan populasi
pada metode transek dapa dihitung dengan menggunakan rumus :
PD =
Keterangan :
PD = Populasi
dugaan L
= Panjang jalur transek (km2)
A = Luas areal
pengamatan (km2) D =
Jarak rata-rata (km2)
Z = Jumlah satwa
terlihat a = Sudut
rata-rata
n = Jumlah transek
Contoh :
Dari
tabel diatas luas areal pengamatan (A)10 km2, panjang transek yang
dibuat (L) 2 km, jumlah transek yang dibuat (n) 2 jalur dan jumlah satwa yang
terlihat (Z) 10 ekor. Hitunglah populasi dugaannya.
PD =
=
=
578,034 ~ 578 satwa/10 km2
Jadi pendugaan
kepadatan populasi satwa adalah 578 ekor/10 km2
4. Metode Point
Sensus (point count)
Sensus dilakukan pada setiap titik
yang ditentukan secara sistematis, misalnya diibuat jalur sepanjang 2 km dengan
50 tttik pengamatan, sehingga jarak setiap titik pengamatan 40 m. Pengamatan
dilakukan pada setiap titik selama 5 – 10 menit (periode waktu pengamatan)
tergantung dari satwa yang disensus, akan tetapi jika periode waktu telah
ditentukan 10 menit maka untuk semua titik harus menggunakan 10 menit. Dalam
setiap periode waktu pengamatan sebaiknya dibagi lagi dalam interval-interval
waktu (misalnya : 2 menit).
Contoh tabel data
untuk metode point sensus
Titik pengamatan
|
Habitat
|
Start time
|
Time period
|
Jenis
|
Jumlah
|
Jarak (m)s
|
1
|
H. pantai
|
08.40
|
0 – 2 menit
|
Macaca
|
2
|
12
|
2
|
H.pantai
|
09.40
|
0 -2 menit
|
Burung
|
1
|
17
|
3
|
H. pantai
|
10.40
|
0 – 2 menit
|
Lutung
|
3
|
10
|
Keuntungan metode
ini :
a. Konsentarsi
penuh satwa dan habitatnya tanpa memperhatikan arah perjalanan
b. Lebih banyak
waktu untuk identifikasi satwa
c. Lebih baik
untuk mengetahui jenis satwa yang tersembunyi dan sulit diamati
d.
Jumlah titik pengamatan : tergantung dari sample yang dibutuhkan dan umumnya
sebanyak 50 titik pengamatan untuk jenis yang umum, dan untuk jenis yang langka
semakin banyak semakinbaik (data yang didapat lebih mewakili).
e.
Waktu yang dibutuhkan dalam pengamatan : ini biasanya masalah yang agak sulit,
tetapi umumnya adalah 5 – 10 menit dan untuk satwa yang tersembunyi dapat
diperpanjang lagi waktunya.
fs.
Pengumpulan data : sebelum mengumpulkan data sebaiknya menunggu terdahulu
beberapa menit sampai kondisi menjadi tenangkembali setelah suara berisik yang
ditimbulkan oleh pengamat di titik pengamatan. Data yang diharapkan dari
pengamat adalah jenis, jenis kelamin, tipe habitat, dan jumlah jenis.
5. Metode
Konsentrasi (consentration method)
Yang perlu dilakukan adalah mencari
tempat yang sering dikunjungi satwa misalnya (di danau, di tepi pantai, di
sungai, di savanna, dll); diam dan menunggu satwa yang terlihat, mencatat jenis
satwa, waktu perjumpaan, jumlah satwa, jarak pandang dan keterangan lainnya.
Contoh tabel
metode konsentrasi
Tanggal : Waktu :
Lokasi : Cuaca :
No.
|
Jenis
satwa (nama local/Indonesia
|
Nama
ilmiah
|
Jumlah
satwa
|
Waktu
|
Estimasi
pandang (m)
|
Keterangan
|
1
2
3
|
Lutung
Kutilang
Rangkok
|
Trachypithecus auratus
Pycnonotus aurigaster
Buceros rhinoceros
|
3
ekor
2
ekor
1
ekor
|
06.50
07.12
07.25
|
10
13
8
|
Bulu
hitam,dll
Bulu
hitam dan putih
Bertengger,dll
|
b.
Metode Tidak Langsung : menghitung satwa tanpa melihat langsung satwanya,
penyensus hanya menghitung tanda-tanda kehadiran satwa seperti jejak, suara, kotoran,
bulu,dll. Yang meliputi :
1. Penghitungan
sarang (nest count)
Teknis pelaksanaan
:
-
Dilakukan sambil berjalan pada transek yang telah
ditentukan
-
Dicatat jarak sarang dan jumlahnya
-
Biasanya untuk satwa yamg memiliki sarang, misalnya
burung-burung
Analisa data ;
Kerapatan sarang
dapat dihitung dengan rumus :
K =
Keterangan :
K = Kerapatan sarang
A = Luas areal sensus
J = Jumlah sarang
P = Panjang sarang
d = Jarak rata-rata pengamat ke sarang
2. Penghitungan
suara (call count)
Dengan membuat transek yang memotong
wilayah sensus bisa berupa jalan tetap, jalan setapak, sungai, dll. Pada
transek tersebut ditentukan stasiun pendengaran dengan jarak yang sistematis,
misalnya setiap 1 atau 2 km. Waktu pengamatan tiap stasiun juga harus sama
yaitu 5 – 10 menit. Setiap periode pendengaran suara pada stasiun, yang harus
diperhatikan dan dicatat adalah : (a) jumlah dari kelompok suara panggilan, (b)
arah suara panggilan, (c) perkiraan jarak dari pengamat ke suara sumber
panggilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar