Mengenai Saya

Foto saya
Sebuah UKM yang bergerak di bidang kepencintaalaman. Di bawah naungan Institut Pertanian Malang.

Minggu, 22 Desember 2019

keanekaragaman jenis burung di zona Eustaria Kondang Merak Hutan Lindung Malang Selatan 2019



KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI ZONA EUSTARIA KONDANG MERAK HUTAN LINDUNG MALANG SELATAN

Oleh:
Adi Krisbianto



 





MAHASISWA PENCINTA ALAM INSTITUT PERTANIAN MALANG
MAPALIPMA
TRACKING, OBSERVATION, KONSERVATIAON
2019













      PENDAHULUAN
1.   Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, diantaranya dalam kategori burung tercatat 1598 jenis burung yang ditemukan di wilayah Indonesia Sujatnika et al. (1995). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara nomor 4 terkaya di dunia dengan jumlah jenis burung setelah Columbia, Brazil dan Peru. Sebanyak 372 jenis merupakan jenis burung endemik dan 149 jenis adalah burung migran. Ironisnya, di Indonesia juga tercatat 118 jenis burung terancam punah menurut IUCN Red list (Sukmantoro et al. 2007 dalam Nabila G 2017).
Burung telah lama digunakan sebagai spesies indikator dalam mengidentifikasi kawasan konservasi karena burung dapat hidup di seluruh habitat di seluruh dunia, relatif mudah diidentifikasi, peka terhadap perubahan lingkungan, data penyebarannya relatif telah diketahui dan terdokumentasi dengan baik. Di dalam suatu kawasan, habitat merupakan bagian penting bagi distribusi dan jumlah burung.
Burung merupakan jenis satwa yang relatif mudah untuk ditemui di berbagai tipe habitat, mulai dari daerah pegunungan hingga ke kawasan pesisir pantai, baik di area hutan maupun di tengah pemukiman manusia.  
            Di daerah Jawa Timur, sebaran burung cukup merata, baik yang ada di kawasan konservasi maupun kawasan hutan yang berada di luarnya. Hutan lindung merupakan salah satu kawasan hutan di luar area konservasi yang juga bereperan sebagai habitat penting bagi burung. Berdasarkan data Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur, di kawasan propinsi Jawa Timur teradapat hutan lindung seluas 317,656.39 ha. Dari total luasan hutan lindung tersebut, sebanyak 44,164.90 ha berada di wilayah kerja KPH Malang.
            Saat ini kawasan hutan lindung di KPH Malang terutama di bagian pesisir selatan Malang dalam kondisi rusak dan tidak sesuai peruntukannya kecuali di daerah Kecamatan Bantur. Hutan lindung yang berada di kawasan Bantur dan masuk dalam wilayah kerja RPH Sumbermanjing kulon merupakan satu-satunya kawasan hutan alam yang tersisa dan relatif masih terjaga keberadaannya. Di kawasan hutan ini menyimpan banyak potensi keanekaragaman hayati baik tumbuhan maupun satwa liar. Namun tingginya aktifitas manusia yang ada di dalamnya membuat keberadaannya terancam. Dibutuhkan pengelolaan terpadu dari semua pihak yang berkepentingan untuk menjaga keutuhan dan kelestarian kawasan ini ditengah-tengah pemanfaatannya sebagai salah satu sumber ekonomi alternatif masyarakat dan pemerintah.
            Salah satu yang dibutuhkan dalam konsep pengelolaan kawasan hutan lindung di Malang selatan adalah tersedianya data dan informasi yang terkait dengan segala potensi kawasan. Namun data dan informasi yang dimaksud hingga saat ini belum banyak tersedia. Salah satu data potensi tersebut adalah keberadaan jenis satwa liar terutama burung. Burung selain berperan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem, juga bermanfaat sebagai obyek pariwisata yang berbasis hidupan liar yang dapat dikembangkan dalam konsep ekowisata di kawasan hutan lindung tersebut. Praktek kerja lapang ini akan mengumpulkan data dan informasi awal tentang potensi jenis burung di kawasan hutan lindung Malang selatan, terutama di blok Kondangmerak dan tepatnya di zona eustaria. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas informasi dari hasil survei awal dan keterangan masyarakat bahwa di blok Kondangmerak merupakan salah satu kantung habitat penting bagi burung.

1.    Tujuan

Praktek kerja lapang ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung yang ada di Zona Eustaria Kondang merak Hutan Lindung Malang Selatan
2.    Manfaat
Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai bahan masukan kepada instansi yang terkait untuk kebijakan pengelolaan kawasan serta memberi  informasi tentang keanekaragaman jenis burung yang ada didalamnya terutaman di zona eustaria.

TINJAU PUSTAKA

1.    Burung
Burung merupakan kelompok hewan yang paling umum dan mudah di jumpai di antara hewan besar lain. Burung memilki ragam bentuk, pola warna, suara, serta populasinya relative banyak, yang menjadikan mereka mudah dikenali. Karakter – karakter tersebut pula yang menyebabkan burung sangat dekat dengan manusia, baik segi ekonomi, sosial dan budaya Baskoro (2018)
Burung merupakan salah satu jenis aves vertebrata (bertulang belakang) dan masuk ke dalam phylum chordata (Welty, 1982) yang diturunkan dari hewan berkaki dua. Burung dibagi menjadi 29 ordo dan terdiri dari 158 famili, yang salah-Nya satu di antara kelas hewan bertulang belakang. Burung juga termasuk dalam jenis hewan yang memiliki darah panas dan berkembang biak dengan bertelur (Darmawan, 2006 dalam Putra S. 2016 ).
Baskoro (2018) menambahkan berdasarkan berdasarkan klasifikasinya, burung termasuk dalam keas Aves, yang setingat lebih maju disbanding reptile. Secara umum, dicirikan dengan karakter tubuhnya tertutup bulu, memiliki paruh tanpa gigi, reproduksinya dengan telur yang bercangkang. Burung sudah mampu mempertahankan suhu tubuh dari pengaruh suhu luas (endotermal), sementara klompok reptil masih belum .
Salah satu sifat burung yang paling menonjol dari burung adalah kemampuan menghasilkan suara cukup baik. Suara burung sangat beragam antar jenis, mulai yang sederhana sampai nyanyian yang kompleks. Suara berfungsi untuk komunikasi antar klompok, penarik pasangan, peringatan bahaya, maupun penanda teritorial, karakter suara burung yang bervariasi tersebut, dapat digunakan untuk identifikasi dan mendukung proses klasifikasi.

1.    Zona Eustaria
Zona Eustaria merupakan perairan yang semi tertutup dan berhubungan bebas dengan laut, sehingga laut dengan salinitas tinggi mampu bercampur dengan air tawar (Bengen, 2002 Dalam Balai pelatihan dan peyuluhan perikanan riset dan SDM kelautan dari perikanan 2012). Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar mampu menciptakan suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000 Dalam Balai pelatihan dan peyuluhan perikanan riset dan SDM kelautan dari perikanan 2012). Estuaria merupakan ekosistem yang khas dan kompleks dengan keberadaan berbagai tipe habitat dan menjadi kawasan penting bagi ikan.
Zona estuari merupakan daerah yang penting bagi kehidupan ikan. Berbagai fungsinya bagi kehidupan ikan seperti sebagai daerah pemijahan, daerah pengasuhan, dan lumbung makanan serta jalur migrasi menjadikan estuari kaya dengan keanekaragaman hayati ikan pada berbagai tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa) (Blaber, 1997 dalam Ahmad Z, 2011 ). Dengan adanya ini maka zona ini merupakan tempat yang tepat untuk tempat tinggal bagi burung dikarenakan sumber makanan yang banyak dari jenis ikan yang ada disitu.
Menurut (Kasim, 2005 dalam Retno H, 2014), pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi, kedalaman dan pola pasang surut dikarenakan dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. Kawasan ini juga memiliki komposisi tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis mampu berlangsung sepanjang tahun, Kondisi ekosistem yang produktif ini mampu menjadikannya sebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat produktifitas tinggi.
          Keberadaan vegetasi di wilayah ini menjadikan estuaria lebih produktif dari pada perairan laut dalam, sehingga tingkat produktifitasnya bisa mencapai sekitar 15 sampai 20 kali lipat dari produktifitas samudera (Odum, 1962 dalam Indarto H, 2001). Tingkat produktifitas yang tinggi menyebabkan zona eustaria menjadi salah satu tempat yang paling disukai oleh beberapa jenis satwa terutama jenis burung karena faktor pakan dan tempat tinggal.


III.             MATERI DAN METODE

1.    Rancangan
a.        Lokasi dan Waktu
            Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 6 agustus sampai dengan 5 September 2019 di Blok Kondang Merak Hutan Lindung Malang Selatan yang berada di wilayah kerja RPH Sumbermanjing kulon, BKPH Sengguruh, KPH Malang, Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa 
Gambar 1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang
Sumber : Olah Data Pribadi Dari Arcgis 10.4

b.        Alat dan objek
Alat yang digunakan dalam PKL ini meliputi binokuler sebagai alat bantu untuk melihat burung dari kejauhan, kamera DLSR Nikon lensa 300mm sebagai alat untuk mengambil dokumentasi, ATK sebagai alat tulis menulis, tabel data lapangan yang  digunakan untuk mencatat perjumpaan dengan objek, jam tangan sebagai mencatat jam perjumpaan dengan satwa, hand counter sebagai alat bantu untuk menghitung jumlah burung, buku panduan lapangan pengenalan jenis burung, dan aplikasi panduan lapang BurungNesia, serta GPS yang digunakan untuk mengetahui koordianat perjumpaan dengan burung.
Objek yang diamati adalah jenis burung yang berada di zona eustaria blok Kondangmerak, Hutan lindung Malang selatan.
c.         Metode
Praktek Kerja Lapang ini menggunakan metode survei dan observasi langsung di lapangan terhadap obyek pengamatan dengan didukung studi literatur. Ada dua jalur yang dibuat untuk pengamatan burung. Panjang jalur bervariasi antara 600 meter sampai dengan 500  meter. Kedua jalur dibuat di zona eustaria Kondangmerak. Jalur pertama berada di sepanjang pesisir pantai dan jalur kedua berada di muara kondangmerak Penentuan jalur dilakukan secara sengaja di lapangan berdasarkan informasi lokasi habitat burung di blok Kondangmerak.
2.    Pelaksanaan
A.  Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui keadaan awal lokasi untuk dijadikan tempat pengamatan di Zona Eustaria Hutan Lindung Malang Selatan.
B.  Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan adalah dengan mempelajari jurnal-jurnal dan penelitian terdahulu dan buku panduan tentang identifikasi jenis burung.

C.  Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil dari pengumpulan langsung di lapangan, yang terdiri dari data jenis burung dan jumlah burung. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui  studi dokumentasi berupa sumber-sumber seperti jurnal, karya ilmiah, buku panduan dan media internet.
Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari, yakni pagi pukul 05.30  – 10.00 WIB dan sore pukul 15.00 – 17.00 WIB. Pengambiilan data dilakukan selama 7 hari.
D.  Analisa Data
Analisis data yang digunakan dilaporan ini mengunakan analisis deskriptif kuantitatif, dengan mencari subyek-subyek untuk melengkapi data dan diolah secara lisan Untuk melengkapi laporan praktek kerja lapang. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragaman.
Indeks Keanekaragaman jenis burung dihitung menggunakan rumus indeks keanekaragaman jenis Simpson (Ds):

Keterangan :  = indeks dominasi
Ni = jumlah individu ke-i
N  = jumlah total indiwidu
Ds = indeks keanekaragaman jenis
Kriteria keanekaragaman jenis :
Mendekati 0 berarti keanekaragaman jenis rendah
Mendekati 1 berarti keanekaragaman jenis tinggi


                HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Keadaan umum lokasi
Hutan lindung malang selatan merupakan salah satu kawasan lindung dengan fungsi penyangga yang dikelolah oleh perum PERHUTANI  dengan luasan 1893,8 ha. Hutan Lindung Malang Selatan memiliki banyak pantai, diantaranya pantai Kondangmerak, Pantai Kondangmerak terletak di pesisir selatan di tepi Samudra Indonesia secara administratif berada di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kondangmerak juga merupakan salah kampung masyarakat yang rata – rata pekerjaannya sebagai nelayan. Ada sedikitnya 31 Kepala keluarga yang tinggal di kampung nelayan Kondangmerak.
Pantai Kondangmerak merupakan salah satu destinasi wisata alam di pesisir Malang selatan yang saat ini dikelola oleh masyarakat melalui LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Wono Lestari Desa Sumberbening. Aksesibilitas menuju lokasi Pantai Kondangmerak dapat ditempuh selama 15 menit dari Jalan Lintas Selatan (JLS) dengan melewati jalan aspal berlubang.
Kondangmerak juga merupakan habitat penting bagi tumbuhan dan satwa liar khas dataran rendah. Beberapa tumbuhan yang umum dijumpai di kawasan tersebut antara lain Ketapang (Terminalia cattapa), Keben (Baringtonia asiatica), Waru Laut (Hibiscus sp), Kepuh (Sterculia sp), Ingas (Gluta renghas) dan lain-lain. Beberapa jenis satwa yang sering ditemukan di kawasan tersebut diantaranya Kancil (Tragulus javanicus), Babi Hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus muntjak), Biawak (Varanus salvator), Burung Madu Sriganti (Cinnyris jugularis) dan lain- lain.
Temperatur udara harian di blok Kondangmerak berkisar antara 26°C sampai 30°C kelembaban udara harian di daerah tersebut berkisar antara 71°C Sapai 89°C Cuaca pada saat praktek kerja lapang adalah cerah hingga berawan.
Gambar 2. Zona Eustaria Kondang merak
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
2.      Jenis Burung Di Zona Eustaria Kondangmerak
Burung merupakan kelompok hewan yang paling umum dan mudah di jumpai di antara hewan besar lain. Burung memilki ragam bentuk, pola warna, suara, serta populasinya relative banyak, yang menjadikan mereka mudah dikenali. Karakter – karakter tersebut pula yang menyebabkan burung sangat dekat dengan manusia, baik segi ekonomi, sosial dan budaya (Baskoro, 2018)
Baskoro (2018) menambahkan berdasarkan klasifikasinya, burung termasuk dalam keas Aves, yang setingat lebih maju disbanding reptile. Secara umum, dicirikan dengan karakter tubuhnya tertutup bulu, memiliki paruh tanpa gigi, reproduksinya dengan telur yang bercangkang. Burung sudah mampu mempertahankan suhu tubuh dari pengaruh suhu luas (endotermal), sementara klompok reptil masih belum.
Zona Eustaria Hutan Lindung Malang Selatan terutama di Kondangmerak merupakan  hutan pesisir yang masih alami, hutan tropis dataran rendah yang menyimpan berbagai jenis flora dan fauna. Kawasan pesisir kondangmerak merupakan salah satu zona eustaria di Malang selatan. Zona eustaria merupakan salah satu bentuk dari permukaan bumi yang langsung berhubungan langsung dengan laut, sehingga terbentuk hubungan antara air tawar dan air asin, terjadinya hubungan ini menimbulkan banyak ekosistem yang terbentuk di dalamnya.
Zona Eustaria yang berada di kondangmerak merupakan zona eustaria yang unik dikarenakan pada musim kemarau zona ini tidak berhubungan langsung dengan air laut namun pada musim penghujan zona ini berhungan langsung dengan laut, sehingga Ikan – ikan kecil yang pada saat musim hujan berada di zona eustaria akan terjebak pada musim kemarau sehingga banyak jenis ikan air asin yang menetap dan berkembang biak di zona eustaria.
Dari hasil pengamatan selama praktek kerja lapang di zona eustaria Kondangmerak ditemukan total sebanyak 36 jenis burung dari 18 famili dengan total 482 individu. Jumlah tersebut terbagi di dua blok pengamatan, masing – masing 19 jenis di blok Muara Kondangmerak  sampai dengan pesisir Pantai Ngentup dan 17 jenis di blok Muara Kondangmerak sampai dengan Sumber Trubus. Lebih jelasnya data jenis burung yang ditemukan tersaji dalam tabel berikut di bawah ini.
Tabel.1 Jenis – Jenis Burung Di Zona Eustaria Kondangmerak Hutan Lindung Malang Selatan.

No
Nama Lokal
Nama Latin
Family
1
Burun madu sriganti
Cinnyris jugularis
Nectariniidae
2
Burung madu kelapa
Anthreptes malacensis
Nectariniidae
3
Pijantung gunung
Arachnothera affinis
Nectariniidae
4
Cabai Jawa
Dicaeum trochileum
Dicaeidae
5
Kacamata laut
Zosterops chloris
Zosteropidae
6
Cipoh kacat
Aegithina tiphia
Aegithinidae
7
Cica daun besar
Chloropsis sonnerati
Chloropseidae
8
Cipoh jantung
Aegithina viridissima
Aegithinidae
9
Tukur tulang tumpuk
Psilopogon javensis
Capitonidae
10
Tukur tohtor
Psilopogon armillaris
Capitonidae
11
Punai pengantin
Treron griseicauda
Columbidae
12
Walik kembang
Ptilinopus melanopilus
Columbidae
13
Bondol haji
Lonchura maja
Estrildidae
14
Bondol Jawa
Lonchura leucogastroides
Estrildidae
15
Cinenen kelabu
Orthotomus ruficeps
Sylviidae
16
Cinenen Jawa
Orthotomus sepium
Sylviidae
17
Pelanduk semak
Malacocincla sepiarium
Timaliidae
18
Jinjing batu
Hemipus hirundinaceus
Campephagidae
19
Kekep babi
Artamus leucorynchus
Artamidae
20
Bubut Jawa
Centropus nigrorufus
Cuculidae
21
Walet
Collocalia linchi
Apodidae
22
Merbah cerucuk
Pycnonotus goiavier
Pycnonotidae
23
Merbah corok-corok
Pycnonotus simplex
Pycnonotidae
24
Delimukan zamrud
Chalcophaps indica
Columbidae
25
Terkukur biasa
Spilopelia chinensis
Columbidae
26
Udang api
Ceyx erithaca
Alcedinidae
27
Raja udang meninting
Alcedo meninting
Alcedinidae
28
Cekakak Jawa
Halcyon cyanoventris
Alcedinidae
29
Cekakak sungai
Todiramphus chloris
Alcedinidae
30
Kadalan birah
Phaenicophaeus curvirostris
Cuculidae
31
Ayam hutan merah
Gallus gallus
Phasianidae
32
Elang ular jari pendek
Circaetus gallicus
33
Elang ular bido
Spilornis cheela
Acciptridae
34
Kuntul karang
Egretta sacra
Ardeidae
35
Dara laut
Thalasseus bergii
Laridae
36
Sepah hutan
Pericrocotus flammeus
Campephagidae

Dari daftar jenis burung di atas, terlihat yang paling mendominasi adalah Punai pengantin (Treron griseicauda) dari famili Columbidae dengan jumlah individu 100 ekor. Family Columbidae merupakan kelompok burung yang paling umum dijumpai di zona eustaria Kondangmerak. Kelompok kedua yang mendominasi di daerah tersebut berasal dari famili Alcedinidae (kelompok burung kingfisher). Jenis Alcedinidae yang umum ditemukan adalah jenis Cekakak sungai. Dari tabel di atas juga diketahui jenis burung yang sangat jarang terlihat bahkan cenderung langka di lokasi  tersebut yaitu Burung udang api (Ceyx erithaca).
Di lokasi Praktek Kerja Lapang diketahui ada beberapa jenis burung yang termasuk kategori dilindungi Undang – Undang antara lain Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis) dan Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis) dari famili Nectariniidae, Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides) dari famili Estrildidae, Dara laut (Thalasseus bergii) dari famili Laridae, Kuntul karang (Egretta sacra) dari famili Ardeidae, Takur tohtor (Psilopogon armillaris) dari famili Capitonidae, Cekakak sungai (Todiramphus chloris), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Raja udang Meninting (Alcedo meninting) dan Udang api (Ceyx erithaca) dari famili Alcedinidae, Cica daun besar (Chloropsis sonnerati) dari famili Chloropseidae, Elang ular bido (Spilornis cheela) dan Elang ular jari pendek (Circaetus gallicus) dari famili Accipitridae.
Dari data jenis burung di atas, terdapat jenis burung yang tergolong top predator yang hidup di Zona Eustaria Kondangmerak Hutan Lindung Malang Selatan yaitu Ular elang bido (Spilornis cheela), Elang ular jari pendek (Circaetus gallicus) yang  aktif  beraktifitas di siang hari untuk mencari makan. Beberapa jenis  burung yang terdokumentasi selama kegiatan Praktek kerja lapang berlangsung tersaji dalam gambar – gambar dibawah ini.
Gambar 3. Kuntul karang
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 4. Raja udang meninting
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 5. Cekakak Jawa
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 6. Elang ular jari pendek
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 7. Walik kembang
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 8. Cica daun besar
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 9. Punai pengantin
sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 10. Merbah corok - corok
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 11. Jinjing batu
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 12. Merbah crucuk
Sumber : dokumentasi pribadi 2019

3.        Keanekaragaman Jenis Burung
Keanekaragaman jenis aves atau burung mengandung beragam manfaat dan fungsi, secara kelangsungannya menjadi prioritas baik ditinjau dari sudut ekonomi, sosial serta budaya serta burung mampu hidup hampir di seluruh tipe habitat dan pada berbagai ketinggian tempat, berhubungan dengan kehidupan dan aktivitas hariannya seperti tempat untuk beristirahat, bertengger, aktivitas kawin, aktivitas makan, berlindung, dan bersarang (Syafrudin, 2011 dalam Saroyo, 2017).
Dari hasil penghitungan keanekaragaman jenis berdasarkan indeks Simpson diketahui bahwa keanekaragaman jenis burung yang ada di Zona Austaria tergolong  tinggi dengan nilai indeks keanekaragaman 0,9. Menurut kreteria Jenis Simpson (Ds). Dari indeks keanekaragman jenis yang tinggi dipengaruhi oleh faktor tipe habitat, struktur vegetasi dan ketersedian pakan di Zona Eustaria Kondangmerak Hutan Lindung Malang Selatan. Dari hasil penelitian sebelumnya menurut Ardiyansah dkk, (2019) yang dilakukan pada bulan februari sampai mei 2019 diketahui keanekaragaman jenis burung juga tergolong  tinggi dengan 51 jenis burung dari 25 famili di Hutan Lindung Malang Selatan. Dari pernyataan tersebut di atas dapat disampaikan bahwa hasil praktek kerja lapang ini semakin menguatkan tentang keberadaan dan tingginya tingkat keanekaragaman jenis burung di blok Kondangmerak.
Pada Zona Eustaria Kondangmerak Hutan Lindung Malang Selatan merupakan daerah yang kaya akan sumber pakan bagi satwa liar termasuk berbagai jenis burung. Selain potensi pakan pada kawasan ini juga banyak ditumbuhi berbagai jenis vegetasi mulai tingkat bawah hingga tingkat pohon yang digunakan untuk tempat berlindung bagi burung.
Tingginya keanekaragaman jenis burung yang berada di Zona Eustaria Kondangmerak Hutan Lindung Malang Selatan tidak lepas dari ancaman – ancaman yang akan mempengaruhi laju keanekaragaman jenis diantaranya perburuan burung, dan aktifitas pariwisata yang berlebihan. Tingkat perburuan burung untuk saat ini lebih tinggi dikarekakan tingginya nilai jual burung terutama burung kicau. Untuk aktifitas pariwisata yang berlebihan akan menimbulkan dapak terhadap habitat burung dengan adanya sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung, dimana burung peka terhadap perubahan lingkungan yang ada disekitarnya.
III.   KESIMPULAN DAN SARAN
1.    Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapang ini ditemukan sedikitnya ada sebanyak 36 jenis burung yang berasal dari 18 famili. Dari jumlah tersebut, keluarga Columbidae merupakan kelompok jenis burung yang sering ditemui. Dari hasil penghitungan indeks Simpson diketahui bahwa tingkat keanekaragaman jenis burung di zona eustaria Kondangmerak  tergolong tinggi dengan nilai 0,9.
2.        Saran
Dari hasil selama praktek kerja lapang dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut di bawah ini :
a.       Melakukan penelitian dari tahun ke tahun dengan rentan waktu yang panjang agar mendapatkan perbedaan keanearagaman jenis yang lebih tinggi, sehingga mampu dijadikan salah satu objek pendidikan pengamatan burung.
Perlunya peran serta masyarakat untuk menjaga kawasan sekitar agar dapat terlindung dari ancaman perburuan.


Daftar Pustaka
Ardiyansah dkk 2019. Potensi Pengembangan Jalur Birdwatching Berdasarkan Distribusi Keanekaragaman Burung Di Hutan Lindung RPH Sumbermanjing Kulon KPH Malang. https://journal.ipb.ac.id › index.php › konservasi › article › download. Diakses pada tanggal 9 Desemer 2019.

 Zahid, A 2011. Iktiofauna ekosistem estuari Mayangan, Jawa Barat. Diakses pada tanggal 15 November 2019
 Siade, P. 2016. Analisis Habitat Dan Populasi Burung Pantai Di Pesisir Tanjung Bunga Kota Makassar. Diakses pada tanggal 28 0ktober 2019.
Hartati, R. 2014. Komposisi dan kelimpahan udang penaeid di muara sungai kalisantren desa mangunharjo tugu semarang. Diakses pada tanggal 28 November 2019.
Baskoro, K. 2018. HALIASTER. Avifauna Semarang Raya Atlas Biodiversitas Di Kawasan Semarang. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matamatika, Universitas Diponegoro. Semarang.
 Supriadi, I, H. 2001. Dinamika estuaria tropik. Diakses pada tanggal 28 November 2019.
Kamaluddi, A, dkk. 2019. Keanekaragaman Jenis Avifauna di Pusat Latihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way Kambas. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2019.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Sunarmi. 2019. Melestarikan keanekaragaman hayati melalui pembelajaran di luar kelas dan tugas yang menantang. Diakses pada tanggal 14 November 2019.
Safanah, N. G. 2017. Keanekaragaman jenis burung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat 2017. Diakses pada tanggal 14 November 2019.
Saroyo. 2017. Biodiversitas Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Kampus Universitas Sam Ratulangi, Diakses pada tanggal 28 november 2019.
Hendra, S. 2017. Keanekaragaman jenis burung pada hutan dataran rendah di kompleks gunung bulusaraung taman nasional bantimurung bulusaraung. Di akses pada tanggal 15 November 2019.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan.

sekian dan terimaksih, semoga dapat bermanfaat untuk refrensi mengenai  burung/aves.
kalau lebih jelas lagi mari belajar bersama di sekretariat kami :)okey

Tidak ada komentar: