STUDI
PERILAKU KAWIN BURUNG CENDRAWASIH
KUNING
BERAS (Paradisaea apoda) SECARA ALAMI
Di
susun
Oleh
:
JEMY
HURULEAN
MAPALIPMA
Tracking,
Observation, Conservation
Latar Belakang
Peta keanekaragaman hayati
adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap negara, terutama oleh negara
yang kaya akan keanekaragaman hayati seperti Indonesia, untuk pengelolaan
kekayaan alam negara tersebut. Dengan keanekaragaman jenis satwa burung yang terbesar
keempat di dunia setelah Kolumbia, Peru, dan Brazil, sudah seharusnya Indonesia
memiliki peta sebaran setiap jenis burung yang ada di Indonesia. Selanjutnya
peta-peta tersebut digabungkan menjadi satu dalam sebuah atlas yang kemudian
dapat dijadikan salah satu referensi utama dalam upaya pengelolaan
keanekaragaman jenis burung di Indonesia. Namun demikian, hingga saat ini
Indonesia belum memiliki atlas burung seperti yang dimaksud.
Cenderawasih kuning-besar (Paradisaea apoda) adalah burung Cenderawasih berukuran besar, yang
memiliki panjang sekitar 43 cm, Carolus Linnaeus memberinya nama jenis
Paradisaea apoda, yang berarti "Cenderawasih tak berkaki", karena
pada awal perdagangannya ke Eropa, burung ini disiapkan tanpa kaki oleh orang
pribumi; hal ini menyebabkan salah paham bahwa burung ini adalah pengunjung
dari surga yang melayang-layang di udara dan tak pernah menyentuh tanah sampai
mati. Burung tersebut berwarna coklat marun dan bermahkota kuning.
Tenggorokannya berwarna hijau zamrud dan bantalan dadanya cokelat kehitaman.
Burung jantan dihiasi bulu-bulu panggul yang besar warna kuning dan punya
sepasang ekor kawat yang panjang. Burung betina berbulu cokelat marun tak
bergaris.
Keberadaan
burung cendrawasih kuning besar (Paradisaea
apoda) di habitatnya terus menerus mengalami penurunan. Hal ini terjadi
karena adanya pemburuan liar sehubungan dengan meningkatnya permintaan pasar
dan kebutuhan manusia. Lebih ironinya lagi pemburuan burung cendrawasih kuning
besar (Paradisaea apoda) dilakukan pada saat burung tersebut sedang berada
pada masa kawin sehingga sangat mempengaruhi perilaku kawin dan proses
reproduksi secara alami. Selain itu, penurunan kualitas habitat sebagai akibat
dari aktivitas manusia, lemah penanganan, pengawasan, penerapan sanksi hukum,
serta kesadaran terhadap konservasi juga turut mengakibatkan menurunnya
populasi burung cendrawasih kuning besar (Paradisaea
apoda),dialam
METODE
untuk
mengetahui komposisi jinis vegetasi dilokasi pengamatan maka dilakukan dengan
menggunakan analisa pada lokasi yang telah ditentukan dengan menggunakan Metode Species Area Curve yaitu dengan
cara membuat petak contoh ukuran 5m X 5m dan mendata jumlah yang ada didalamnya,
kemudian diperluas 2 kali (didata penambahan jinisnya), 4c kali, 8 kali dan
seterusnya sampai penambahan jinis yang ada kurang dari 10 persen. Bentuk petak
yang dijadikan luas minimum untuk dianalisis terjadi pada gambar 1.
keterangan :
1 2 4
3 petak
1,2,3,4,5 dan 5 adalah petak contoh yang tumpang tindih
5
ANALISA DATA
Untuk mengetahui keanekaragaman jinis vegetasi yang
berada dilokasi pengamatan dengan menggunakan “metode konsentrasi” (Consntration method), maka dapat
menggunakan rumus :
Penambahan jenis = Σ jenis ditemukan – Σ jumlah jinis
sebelumnya.
Presentase penambahan jenis = penambahan jenis X 100
Σ
jenis sebelumnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi
11.
Demografi Kawasan
Daerah
penelitian terletak diantara 5˚ - 9˚ LS dan 134 ˚ - 167 ˚ BT, serta berbatasan
langsung dengan Papua Barat dibagian utara dan bagian timur, laut Arafura dan
laut Australia dibagian selatan, pulau Kei besar bagian timur dan laut Arafura
dibagian barat. Iklim sangat dipengaruhi oleh Laut banda, Laut Arafura dan
Samudera Indonesia juga dibayangi oleh pulau irian dibagian timur dan Benua
Australia di bagian selatan sehingga sangat rentan terjadi perubahan
22.
Flora dan Fauna
Dari hasil analisa vegetasi yang dilakukan di
lokasi pengamatan diperoleh 22 jinis vegetasi dari tingkat pohon hingga
jenis-jenis tumbuhan bawah diantaranya : Eusideroxilonz
wageri, Vitex cofassus, Anisopthera thurifera, Metroxylon sagu, Dysoxylum
ephelebium, Diospyros sp, Canariumn indicum, Sterculia ofcoccinae, Garcinia sp,
Drypetes, Aglaia sp, Pterospermum javanicum, Vitex glbrata, Ficus sp,
Adenanthera macrospermae, Macaranga sp, Pleomele sp, Harpulia arborea,
Polypodium sp, Piper sp, Dendrobium sp, Argaria sp. Dari jenis-jenis
tersebut tidak menutup kemungkinan ad jinis-jinis vegetasi lain yang tidak
terhitung.
Tabel1.
Hasil analisisn vegetasi menggunakan metode Spesies Area Kurve pada lokasi
pengamatan.
No
|
Ukuran petak
|
Jumlah spesies
|
Penambahan
|
Presentase
|
1
|
5x5=25m²
|
6
|
-
|
-
|
2
|
5x10=50m²
|
10
|
4
|
66,6
|
3
|
10x10=100m
|
13
|
3
|
30
|
4
|
10x20=200m²
|
16
|
3
|
23
|
5
|
20x20=400m²
|
19
|
3
|
18,27
|
6
|
20x40=800m²
|
21
|
2
|
10,52
|
7
|
40x40=1600m²
|
22
|
1
|
4,76
|
Dari data yang diperoleh, fauna yang dapat
dijumpai adalah jenis marsupial, seperti Kangguru dan Koala. Kasuari (Cassoarius cassoarius), Musang (Paradoxurus hermaproditus), Cendrawasih
kuning besar (Paradisaea apoda),
Kakatua Raja (Caccatoa sp), Rusa (Cervus timorensis), dan Biawak (Varanidae), serta dari jenis Reptil.
Rumah Pohon
Pembuata rumah pohon diawali dengan penentuan pohon
penyangga. Kriteria pohon penyangga yaitu: harus memilik batang yang kuat,
memiliki tinggi kurang lebih sama dengan pohon tempat burung bertengger, memiliki
percabangan yang kuat dan harus berdekatan dengan pohon tempat burung
beraktivitas. Dengan dibantu tiga orang tenanga ( masyarakat setempat),
pembuatan rumah pohon dapat diselesaikan dalam dalam waktu kurang lebih 5 jam.
Rumah pohondapat dibangun pada pohon tempat bertenggernya
burung cendrawasih kuning besar (Paradisaea
apoda) atau pada pohon-pohon yang berdekatan dengan pohon tempat
bertengger. Setelah pohon ditentukan, dua batang kayu dengan diameter kurang
lebih 10-15 cm yang berfungsi untuk menopang lantai diletakan mendatar dengan
kedua ujungnya disatukan dan diikat pada satu titik percabangan pohon.
Pangkalnya diikat terlapis dan sama tinggi dengan jarak kurang lebih 1,5 m pada
bagian batang atau percabangan pohon lain yang telah dipilih. Potongan kayu
dengan panjan burung 1,5 m ditata dan diikat dengan kerapatan kurang lebih 5 cm
diatas kedua penopang lantai tersebut.
Dinding dan penutup rumah pohon dibuat berlapis. Bagian
luar menggunakan daun pakis dan bagian dalam menggunakan dedaunan yang ditata
rapi untuk menutup bagian dinding yang masih berlubang. Sebagai penopang
berdirinya dinding, digunakan kayu yang berdiameter kurang lebih 5 cm dengan
panjang 1,5 cm. bagian pangkal kayu diikat pada ujung lantai dengan jarak yang
dapat disesuaikan. Untuk mencapai rumah pohon, dapat memanjat langsung melalui
pohon utam atau dengan menggunakan tangga tali.
Seperti aturan-aturan dalam pengamatan satwa pada umumnya
bahwa “pengamatan harus bergerak menempati titik pengamatan sebelum satwa mulai
beraktifitas”. Dengan teknik ini juga rumah pohon sudah ditempati sejak pukul
04.00 dini hari, atau sebelum burung cendrawasih kuning besar keluar dari
sarangnya untuk beraktifitas.
Perilaku Kawin
Memasuki masa kawin, pada bulan agustus, burung
cendrawasih kuning besar jantan dan betina mengalami perubahan perilaku, dengan
naluri alaminya betina membuat sarang dari dedaunan dan ranting-ranting kering
yang berbentuk mangkok. Pajantan lebih aktif dalam memperlihatkan tariannya dan
berkicau, mengeluarkan dedaunan dari tempat bertenggernya dan memperlihatkan
tariannya. (Setio dan Lekitoo, 1997). Dalam pengamatan apangan, terlihat jelas
bahwa ranting pohon yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya proses
perkawinan telah bersih dan tidak terlihat lagi dedaunan yang menempel pada
ranting tersebut.
Gambar
1. Burung Cendrawasih (Paradisaea apoda)
Dalam pertemuan pasangan, terdapat beberapa kicauan dan
gerakan tubuh yang merupakan perilaku burung cendrawasih kuning besar yang
berlangsung sangat ditampilkan pejantan ditengger untuk menarik perhatian
betina; perilaku-perilaku meliputi dari, pertama, suhu, cahaya dan angina
karena factor tersebut sangat mempengaruhi, kedua kicau karena cara berkicau
dari burung cendrawasih kuning besar (Paradisaea
apoda) akan berbeda dan itu yang menandakan bahwa perilaku perkawinan, yang
ketiga gerak tubuh terutama gerakan sayap
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah mengamati perilaku kawin burung cendrawasih
kuning besar (Paradisaea apoda), maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada saat memasuki masa kawin pejantan telah
mempersiapkan lokasi bertengger dengan membersihkan dedaunan dari
ranting-ranting yang digunakan untuk bertengger.
2. Untuk mendapatkan pasangan pejantan harus memperlihatkan
beberapa pertunjukan yang dilakukan berulang-ulang seperti mengeluarkan
kicauan-kicauan, berputar di tempat dan menmpilkan gerakan tubuh
3. Saat betina menempati lokasi, tempo tarian yang dilakukan
pejantan semakin tinggi dan betina terlihat tidak begitu aktif
4. Dalam melakukan percumbuan betina terlebih dahulu mendekati
pejantan, mematok paruh, kepala dan bagian belakang pejantan
5. Perkawinan terjadi dengan posisi pejantan berada di atas
betina yang berlangsung tidak lebih dari 10 detik
Saran
Setelah mengamati perilaku kawin burung cendrawasih
kuning besar (Paradisaea apoda), maka
disarankan kepada pihak pengelola atau instansi-instani terkait yang dapat
bekerja sama dengan masyarakat adat setempat, agar dapat menjaga, melindungi
serta menertipkan dan menindak para pemburuh yang lama kelamaan dapat
mengganggu aktivitas burung cendrawasih kuning besar (Paradisaea apoda) di habitatnya
Daftar Pustaka
/02/mengenal-burung-cendrawasih-kuning-besar-paradisaea-apoda.html
(Diaksespada 14.03.2018)
Skripsi,Jemy Hurulean, Fakultas Kehutanan, Studi Perilaku
Kawin Burung Cendrawasih Kuning Beras (Paradisaea
Apoda) Secara Alami hal 2. 2012
Ingin Belajar Lebih Lanjut.. Mari Berkunjung Ke MAPALIPMA... Belajar Bersama Itu Lebih Menyenangkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar