KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI ZONA EUSTARIA KONDANG MERAK
HUTAN LINDUNG MALANG SELATAN
Oleh:
Adi
Krisbianto
MAHASISWA PENCINTA ALAM INSTITUT PERTANIAN MALANG
MAPALIPMA
TRACKING, OBSERVATION, KONSERVATIAON
2019
MAPALIPMA
TRACKING, OBSERVATION, KONSERVATIAON
2019
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman
hayati yang tinggi, diantaranya dalam kategori burung tercatat 1598 jenis
burung yang ditemukan di wilayah Indonesia Sujatnika et al. (1995). Hal ini
menjadikan Indonesia sebagai negara nomor 4 terkaya di dunia dengan jumlah
jenis burung setelah Columbia, Brazil dan Peru. Sebanyak 372 jenis merupakan
jenis burung endemik dan 149 jenis adalah burung migran. Ironisnya, di
Indonesia juga tercatat 118 jenis burung terancam punah menurut IUCN Red
list (Sukmantoro et al. 2007 dalam Nabila G 2017).
Burung telah lama
digunakan sebagai spesies indikator dalam mengidentifikasi kawasan konservasi
karena burung dapat hidup di seluruh habitat di seluruh dunia, relatif mudah
diidentifikasi, peka terhadap perubahan lingkungan, data penyebarannya relatif
telah diketahui dan terdokumentasi dengan baik. Di dalam suatu kawasan, habitat
merupakan bagian penting bagi distribusi dan jumlah burung.
Burung merupakan jenis satwa yang
relatif mudah untuk ditemui di berbagai tipe habitat, mulai dari daerah
pegunungan hingga ke kawasan pesisir pantai, baik di area hutan maupun di
tengah pemukiman manusia.
Di
daerah Jawa Timur, sebaran burung cukup merata, baik yang ada di kawasan
konservasi maupun kawasan hutan yang berada di luarnya. Hutan lindung merupakan
salah satu kawasan hutan di luar area konservasi yang juga bereperan sebagai
habitat penting bagi burung. Berdasarkan data Perhutani Divisi Regional II Jawa
Timur, di kawasan propinsi Jawa Timur teradapat hutan lindung seluas 317,656.39
ha. Dari total luasan hutan lindung tersebut, sebanyak 44,164.90 ha berada di
wilayah kerja KPH Malang.
Saat
ini kawasan hutan lindung di KPH Malang terutama di bagian pesisir selatan
Malang dalam kondisi rusak dan tidak sesuai peruntukannya kecuali di daerah
Kecamatan Bantur. Hutan lindung yang berada di kawasan Bantur dan masuk dalam
wilayah kerja RPH Sumbermanjing kulon merupakan satu-satunya kawasan hutan alam
yang tersisa dan relatif masih terjaga keberadaannya. Di kawasan hutan ini
menyimpan banyak potensi keanekaragaman hayati baik tumbuhan maupun satwa liar.
Namun tingginya aktifitas manusia yang ada di dalamnya membuat keberadaannya
terancam. Dibutuhkan pengelolaan terpadu dari semua pihak yang berkepentingan
untuk menjaga keutuhan dan kelestarian kawasan ini ditengah-tengah
pemanfaatannya sebagai salah satu sumber ekonomi alternatif masyarakat dan
pemerintah.
Salah satu yang dibutuhkan dalam
konsep pengelolaan kawasan hutan lindung di Malang selatan adalah tersedianya
data dan informasi yang terkait dengan segala potensi kawasan. Namun data dan
informasi yang dimaksud hingga saat ini belum banyak tersedia. Salah satu data
potensi tersebut adalah keberadaan jenis satwa liar terutama burung. Burung
selain berperan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem, juga bermanfaat
sebagai obyek pariwisata yang berbasis hidupan liar yang dapat dikembangkan
dalam konsep ekowisata di kawasan hutan lindung tersebut. Praktek kerja lapang
ini akan mengumpulkan data dan informasi awal tentang potensi jenis burung di
kawasan hutan lindung Malang selatan, terutama di blok Kondangmerak dan
tepatnya di zona eustaria. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas informasi
dari hasil survei awal dan keterangan masyarakat bahwa di blok Kondangmerak
merupakan salah satu kantung habitat penting bagi burung.
1.
Tujuan
Praktek kerja
lapang ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung yang ada di
Zona Eustaria Kondang merak Hutan Lindung Malang Selatan
2.
Manfaat
Manfaat hasil penelitian
ini adalah sebagai bahan masukan kepada instansi yang terkait untuk kebijakan
pengelolaan kawasan serta memberi
informasi tentang keanekaragaman jenis burung yang ada didalamnya
terutaman di zona eustaria.
TINJAU
PUSTAKA
1.
Burung
Burung merupakan
kelompok hewan yang paling umum dan mudah di jumpai di antara hewan besar lain.
Burung memilki ragam bentuk, pola warna, suara, serta populasinya relative
banyak, yang menjadikan mereka mudah dikenali. Karakter – karakter tersebut pula
yang menyebabkan burung sangat dekat dengan manusia, baik segi ekonomi, sosial
dan budaya Baskoro (2018)
Burung merupakan
salah satu jenis aves vertebrata (bertulang belakang) dan masuk ke dalam phylum
chordata (Welty, 1982) yang diturunkan dari hewan
berkaki dua. Burung dibagi menjadi 29 ordo dan terdiri dari 158 famili, yang
salah-Nya satu di antara kelas hewan bertulang belakang. Burung juga termasuk
dalam jenis hewan yang memiliki darah panas dan berkembang biak dengan bertelur
(Darmawan, 2006 dalam Putra S. 2016 ).
Baskoro (2018)
menambahkan berdasarkan berdasarkan klasifikasinya, burung termasuk dalam keas
Aves, yang setingat lebih maju disbanding reptile. Secara umum, dicirikan
dengan karakter tubuhnya tertutup bulu, memiliki paruh tanpa gigi,
reproduksinya dengan telur yang bercangkang. Burung sudah mampu mempertahankan
suhu tubuh dari pengaruh suhu luas (endotermal), sementara klompok reptil masih
belum .
Salah satu sifat
burung yang paling menonjol dari burung adalah kemampuan menghasilkan suara
cukup baik. Suara burung sangat beragam antar jenis, mulai yang sederhana
sampai nyanyian yang kompleks. Suara berfungsi untuk komunikasi antar klompok,
penarik pasangan, peringatan bahaya, maupun penanda teritorial, karakter suara
burung yang bervariasi tersebut, dapat digunakan untuk identifikasi dan
mendukung proses klasifikasi.
1.
Zona
Eustaria
Zona Eustaria
merupakan perairan
yang semi tertutup dan berhubungan bebas dengan laut, sehingga laut dengan
salinitas tinggi mampu bercampur dengan air tawar (Bengen, 2002 Dalam Balai
pelatihan dan peyuluhan perikanan riset dan SDM kelautan dari perikanan 2012).
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar mampu menciptakan suatu komunitas
yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000 Dalam Balai
pelatihan dan peyuluhan perikanan riset dan SDM kelautan dari perikanan 2012).
Estuaria merupakan ekosistem yang khas dan kompleks dengan keberadaan berbagai
tipe habitat dan menjadi kawasan penting bagi ikan.
Zona estuari merupakan daerah yang
penting bagi kehidupan ikan. Berbagai fungsinya bagi kehidupan ikan seperti
sebagai daerah pemijahan, daerah pengasuhan, dan lumbung makanan serta jalur
migrasi menjadikan estuari kaya dengan keanekaragaman hayati ikan pada berbagai
tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa) (Blaber, 1997 dalam Ahmad Z,
2011 ).
Dengan adanya ini maka zona ini merupakan tempat yang tepat untuk tempat
tinggal bagi burung dikarenakan sumber makanan yang banyak dari jenis ikan yang
ada disitu.
Menurut (Kasim, 2005 dalam Retno H,
2014), pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi,
kedalaman dan pola pasang surut dikarenakan dorongan dan volume air akan sangat
berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. Kawasan ini juga memiliki
komposisi tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis mampu berlangsung
sepanjang tahun, Kondisi ekosistem yang produktif ini mampu menjadikannya
sebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat produktifitas tinggi.
Keberadaan vegetasi di wilayah ini menjadikan
estuaria lebih produktif dari pada perairan laut dalam, sehingga tingkat
produktifitasnya bisa mencapai sekitar 15 sampai 20 kali lipat dari produktifitas
samudera (Odum, 1962 dalam Indarto H, 2001). Tingkat produktifitas yang tinggi
menyebabkan zona eustaria menjadi salah satu tempat yang paling disukai oleh
beberapa jenis satwa terutama jenis burung karena faktor pakan dan tempat
tinggal.
III.
MATERI
DAN METODE
1. Rancangan
a.
Lokasi dan Waktu
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 6 agustus sampai dengan 5 September 2019 di Blok Kondang Merak Hutan Lindung Malang Selatan yang berada di wilayah kerja RPH Sumbermanjing kulon, BKPH Sengguruh, KPH Malang, Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa
Gambar 1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang
Sumber : Olah Data Pribadi Dari Arcgis
10.4
b.
Alat
dan objek
Alat yang digunakan
dalam PKL ini meliputi binokuler sebagai alat bantu untuk melihat burung dari
kejauhan, kamera DLSR Nikon lensa 300mm sebagai alat untuk mengambil
dokumentasi, ATK sebagai alat tulis menulis, tabel data lapangan yang digunakan untuk mencatat perjumpaan dengan
objek, jam tangan sebagai mencatat jam perjumpaan dengan satwa, hand counter
sebagai alat bantu untuk menghitung jumlah burung, buku panduan lapangan
pengenalan jenis burung, dan aplikasi panduan lapang BurungNesia, serta GPS
yang digunakan untuk mengetahui koordianat perjumpaan dengan burung.
Objek yang diamati
adalah jenis burung yang berada di zona eustaria blok Kondangmerak, Hutan
lindung Malang selatan.
c.
Metode
Praktek Kerja Lapang ini menggunakan
metode survei dan observasi langsung di lapangan terhadap obyek pengamatan dengan
didukung studi literatur. Ada dua jalur yang dibuat untuk pengamatan burung.
Panjang jalur bervariasi antara 600 meter sampai dengan 500 meter. Kedua jalur dibuat di zona eustaria
Kondangmerak. Jalur pertama berada di sepanjang pesisir pantai dan jalur kedua
berada di muara kondangmerak Penentuan jalur dilakukan secara sengaja di
lapangan berdasarkan informasi lokasi habitat burung di blok Kondangmerak.
2. Pelaksanaan
A. Survei
Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan untuk
mengetahui keadaan awal lokasi untuk dijadikan tempat pengamatan di Zona Eustaria
Hutan Lindung Malang Selatan.
B. Studi
Literatur
Studi literatur yang dilakukan adalah
dengan mempelajari jurnal-jurnal dan penelitian terdahulu dan buku panduan
tentang identifikasi jenis burung.
C. Pengumpulan
Data
Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil
dari pengumpulan langsung di lapangan, yang terdiri dari data jenis burung dan
jumlah burung. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh melalui
studi dokumentasi berupa sumber-sumber seperti jurnal, karya ilmiah,
buku panduan dan media internet.
Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali
dalam sehari, yakni pagi pukul 05.30 –
10.00 WIB dan sore pukul 15.00 – 17.00 WIB. Pengambiilan data dilakukan selama
7 hari.
D. Analisa
Data
Analisis data yang
digunakan dilaporan ini mengunakan analisis deskriptif kuantitatif, dengan
mencari subyek-subyek untuk melengkapi data dan diolah secara lisan Untuk
melengkapi laporan praktek kerja lapang. Selanjutnya analisis data dilakukan
dengan menghitung indeks keanekaragaman.
Indeks
Keanekaragaman jenis burung dihitung menggunakan rumus indeks keanekaragaman jenis Simpson (Ds):
Keterangan : =
indeks dominasi
Ni = jumlah individu ke-i
N =
jumlah total indiwidu
Ds = indeks keanekaragaman jenis
Kriteria keanekaragaman jenis :
Mendekati 0 berarti keanekaragaman jenis
rendah
Mendekati 1 berarti keanekaragaman jenis
tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Keadaan
umum lokasi
Hutan lindung
malang selatan merupakan salah satu kawasan lindung dengan fungsi penyangga yang
dikelolah oleh perum PERHUTANI dengan
luasan 1893,8 ha. Hutan Lindung Malang Selatan memiliki
banyak pantai, diantaranya pantai Kondangmerak, Pantai Kondangmerak terletak di
pesisir selatan di tepi Samudra Indonesia secara administratif berada di Desa
Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kondangmerak juga
merupakan salah kampung masyarakat yang rata – rata pekerjaannya sebagai
nelayan. Ada sedikitnya 31 Kepala keluarga yang tinggal di kampung nelayan
Kondangmerak.
Pantai
Kondangmerak merupakan salah satu destinasi wisata alam di pesisir Malang
selatan yang saat ini dikelola oleh masyarakat melalui LMDH (Lembaga Masyarakat
Desa Hutan) Wono Lestari Desa Sumberbening. Aksesibilitas menuju lokasi Pantai
Kondangmerak dapat ditempuh selama 15 menit dari Jalan Lintas Selatan (JLS)
dengan melewati jalan aspal berlubang.
Kondangmerak juga
merupakan habitat penting bagi tumbuhan dan satwa liar khas dataran rendah.
Beberapa tumbuhan yang umum dijumpai di kawasan tersebut antara lain Ketapang (Terminalia cattapa), Keben (Baringtonia asiatica), Waru Laut (Hibiscus sp), Kepuh (Sterculia sp), Ingas (Gluta renghas) dan lain-lain. Beberapa
jenis satwa yang sering ditemukan di kawasan tersebut diantaranya Kancil (Tragulus javanicus), Babi Hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus muntjak), Biawak (Varanus
salvator), Burung Madu Sriganti (Cinnyris jugularis) dan lain- lain.
Temperatur udara
harian di blok Kondangmerak berkisar antara 26°C sampai 30°C kelembaban udara
harian di daerah tersebut berkisar antara 71°C Sapai 89°C Cuaca pada saat
praktek kerja lapang adalah cerah hingga berawan.
Gambar 2. Zona
Eustaria Kondang merak
Sumber : dokumentasi
pribadi 2019
2.
Jenis Burung Di Zona Eustaria Kondangmerak
Burung merupakan kelompok hewan yang paling umum dan mudah di
jumpai di antara hewan besar lain. Burung memilki ragam bentuk, pola warna,
suara, serta populasinya relative banyak, yang menjadikan mereka mudah
dikenali. Karakter – karakter tersebut pula yang menyebabkan burung sangat
dekat dengan manusia, baik segi ekonomi, sosial dan budaya (Baskoro,
2018)
Baskoro (2018)
menambahkan berdasarkan klasifikasinya, burung termasuk dalam keas Aves, yang
setingat lebih maju disbanding reptile. Secara umum, dicirikan dengan karakter
tubuhnya tertutup bulu, memiliki paruh tanpa gigi, reproduksinya dengan telur
yang bercangkang. Burung sudah mampu mempertahankan suhu tubuh dari pengaruh suhu
luas (endotermal), sementara klompok reptil masih belum.
Zona Eustaria Hutan Lindung Malang
Selatan terutama di Kondangmerak merupakan hutan pesisir yang masih alami, hutan tropis
dataran rendah yang menyimpan berbagai jenis flora dan fauna. Kawasan pesisir
kondangmerak merupakan salah satu zona eustaria di Malang selatan. Zona
eustaria merupakan salah satu bentuk dari permukaan bumi yang langsung
berhubungan langsung dengan laut, sehingga terbentuk hubungan antara air tawar
dan air asin, terjadinya hubungan ini menimbulkan banyak ekosistem yang
terbentuk di dalamnya.
Zona Eustaria yang
berada di kondangmerak merupakan zona eustaria yang unik dikarenakan pada musim
kemarau zona ini tidak berhubungan langsung dengan air laut namun pada musim
penghujan zona ini berhungan langsung dengan laut, sehingga Ikan – ikan kecil
yang pada saat musim hujan berada di zona eustaria akan terjebak pada musim
kemarau sehingga banyak jenis ikan air asin yang menetap dan berkembang biak di
zona eustaria.
Dari
hasil pengamatan selama praktek kerja lapang di zona eustaria Kondangmerak
ditemukan total sebanyak 36 jenis burung dari 18 famili dengan total 482
individu. Jumlah tersebut terbagi di dua blok pengamatan, masing – masing 19 jenis
di blok Muara Kondangmerak sampai dengan
pesisir Pantai Ngentup dan 17 jenis di blok Muara Kondangmerak sampai dengan
Sumber Trubus. Lebih jelasnya data jenis burung yang ditemukan tersaji dalam
tabel berikut di bawah ini.
Tabel.1
Jenis – Jenis Burung Di Zona Eustaria Kondangmerak Hutan Lindung Malang
Selatan.
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Family
|
1
|
Burun madu sriganti
|
Cinnyris jugularis
|
Nectariniidae
|
2
|
Burung madu kelapa
|
Anthreptes malacensis
|
Nectariniidae
|
3
|
Pijantung gunung
|
Arachnothera affinis
|
Nectariniidae
|
4
|
Cabai Jawa
|
Dicaeum trochileum
|
Dicaeidae
|
5
|
Kacamata laut
|
Zosterops chloris
|
Zosteropidae
|
6
|
Cipoh kacat
|
Aegithina tiphia
|
Aegithinidae
|
7
|
Cica daun besar
|
Chloropsis sonnerati
|
Chloropseidae
|
8
|
Cipoh jantung
|
Aegithina viridissima
|
Aegithinidae
|
9
|
Tukur tulang tumpuk
|
Psilopogon javensis
|
Capitonidae
|
10
|
Tukur tohtor
|
Psilopogon armillaris
|
Capitonidae
|
11
|
Punai pengantin
|
Treron griseicauda
|
Columbidae
|
12
|
Walik kembang
|
Ptilinopus melanopilus
|
Columbidae
|
13
|
Bondol haji
|
Lonchura maja
|
Estrildidae
|
14
|
Bondol Jawa
|
Lonchura leucogastroides
|
Estrildidae
|
15
|
Cinenen kelabu
|
Orthotomus ruficeps
|
Sylviidae
|
16
|
Cinenen Jawa
|
Orthotomus sepium
|
Sylviidae
|
17
|
Pelanduk semak
|
Malacocincla sepiarium
|
Timaliidae
|
18
|
Jinjing batu
|
Hemipus hirundinaceus
|
Campephagidae
|
19
|
Kekep babi
|
Artamus leucorynchus
|
Artamidae
|
20
|
Bubut Jawa
|
Centropus nigrorufus
|
Cuculidae
|
21
|
Walet
|
Collocalia linchi
|
Apodidae
|
22
|
Merbah cerucuk
|
Pycnonotus goiavier
|
Pycnonotidae
|
23
|
Merbah corok-corok
|
Pycnonotus simplex
|
Pycnonotidae
|
24
|
Delimukan zamrud
|
Chalcophaps indica
|
Columbidae
|
25
|
Terkukur biasa
|
Spilopelia chinensis
|
Columbidae
|
26
|
Udang api
|
Ceyx erithaca
|
Alcedinidae
|
27
|
Raja udang meninting
|
Alcedo meninting
|
Alcedinidae
|
28
|
Cekakak Jawa
|
Halcyon cyanoventris
|
Alcedinidae
|
29
|
Cekakak sungai
|
Todiramphus chloris
|
Alcedinidae
|
30
|
Kadalan birah
|
Phaenicophaeus curvirostris
|
Cuculidae
|
31
|
Ayam hutan merah
|
Gallus gallus
|
Phasianidae
|
32
|
Elang ular jari pendek
|
Circaetus gallicus
|
|
33
|
Elang ular bido
|
Spilornis cheela
|
Acciptridae
|
34
|
Kuntul karang
|
Egretta sacra
|
Ardeidae
|
35
|
Dara laut
|
Thalasseus bergii
|
Laridae
|
36
|
Sepah hutan
|
Pericrocotus flammeus
|
Campephagidae
|
Dari
daftar jenis burung di atas, terlihat yang paling mendominasi adalah Punai pengantin
(Treron griseicauda) dari famili Columbidae
dengan jumlah individu 100 ekor. Family Columbidae merupakan kelompok
burung yang paling umum dijumpai di zona eustaria Kondangmerak. Kelompok kedua
yang mendominasi di daerah tersebut berasal dari famili Alcedinidae (kelompok
burung kingfisher). Jenis Alcedinidae yang umum ditemukan adalah jenis Cekakak
sungai. Dari tabel di atas juga diketahui jenis burung yang sangat jarang
terlihat bahkan cenderung langka di lokasi
tersebut yaitu Burung udang api (Ceyx erithaca).
Di
lokasi Praktek Kerja Lapang diketahui ada beberapa jenis burung yang termasuk
kategori dilindungi Undang – Undang antara lain Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis)
dan Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis) dari famili Nectariniidae,
Bondol Jawa (Lonchura
leucogastroides) dari famili Estrildidae, Dara laut (Thalasseus bergii)
dari famili Laridae, Kuntul karang (Egretta sacra) dari famili Ardeidae, Takur tohtor
(Psilopogon
armillaris) dari famili Capitonidae, Cekakak sungai (Todiramphus chloris),
Cekakak Jawa (Halcyon
cyanoventris), Raja udang Meninting (Alcedo meninting) dan Udang api (Ceyx erithaca)
dari famili Alcedinidae, Cica daun besar (Chloropsis
sonnerati) dari famili Chloropseidae, Elang ular bido (Spilornis cheela)
dan Elang ular jari pendek (Circaetus gallicus) dari famili Accipitridae.
Dari
data jenis burung di atas, terdapat jenis burung yang tergolong top predator
yang hidup di Zona Eustaria Kondangmerak Hutan Lindung Malang Selatan yaitu Ular elang bido (Spilornis cheela),
Elang ular jari pendek (Circaetus gallicus) yang aktif beraktifitas di siang hari untuk mencari
makan. Beberapa jenis burung yang
terdokumentasi selama kegiatan Praktek kerja lapang berlangsung tersaji dalam
gambar – gambar dibawah ini.
Gambar 3. Kuntul karang
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 4. Raja udang meninting
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 5. Cekakak Jawa
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 6. Elang ular jari pendek
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 7. Walik kembang
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 8. Cica daun besar
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 9. Punai pengantin
sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 10. Merbah corok - corok
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 11. Jinjing batu
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
Gambar 12. Merbah crucuk
Sumber : dokumentasi pribadi 2019
3.
Keanekaragaman
Jenis Burung
Keanekaragaman jenis
aves atau burung mengandung beragam manfaat dan fungsi, secara kelangsungannya
menjadi prioritas baik ditinjau dari sudut ekonomi, sosial serta budaya serta
burung mampu hidup hampir di seluruh tipe habitat dan pada berbagai ketinggian
tempat, berhubungan dengan kehidupan dan aktivitas hariannya seperti tempat
untuk beristirahat, bertengger, aktivitas kawin, aktivitas makan, berlindung,
dan bersarang (Syafrudin, 2011 dalam Saroyo, 2017).
Dari hasil penghitungan keanekaragaman jenis berdasarkan indeks Simpson
diketahui bahwa keanekaragaman
jenis burung yang ada di Zona Austaria tergolong tinggi dengan nilai indeks keanekaragaman 0,9.
Menurut kreteria Jenis Simpson (Ds). Dari indeks keanekaragman jenis yang
tinggi dipengaruhi oleh faktor tipe habitat, struktur vegetasi dan ketersedian
pakan di Zona Eustaria Kondangmerak Hutan Lindung Malang Selatan. Dari hasil
penelitian sebelumnya menurut Ardiyansah dkk, (2019) yang dilakukan pada bulan februari sampai mei
2019 diketahui keanekaragaman jenis burung juga tergolong tinggi dengan 51 jenis burung dari 25 famili
di Hutan Lindung Malang Selatan. Dari pernyataan tersebut di atas dapat
disampaikan bahwa hasil praktek kerja lapang ini semakin menguatkan tentang
keberadaan dan tingginya tingkat keanekaragaman jenis burung di blok
Kondangmerak.
Pada Zona Eustaria Kondangmerak Hutan Lindung Malang
Selatan merupakan daerah yang kaya akan sumber pakan bagi satwa liar termasuk
berbagai jenis burung. Selain potensi pakan pada kawasan ini juga banyak ditumbuhi
berbagai jenis vegetasi mulai tingkat bawah hingga tingkat pohon yang digunakan
untuk tempat berlindung bagi burung.
Tingginya keanekaragaman jenis burung yang
berada di Zona Eustaria Kondangmerak Hutan Lindung Malang Selatan tidak lepas
dari ancaman – ancaman yang akan mempengaruhi laju keanekaragaman jenis
diantaranya perburuan burung, dan aktifitas pariwisata yang berlebihan. Tingkat
perburuan burung untuk saat ini lebih tinggi dikarekakan tingginya nilai jual
burung terutama burung kicau. Untuk aktifitas pariwisata yang berlebihan akan
menimbulkan dapak terhadap habitat burung dengan adanya sampah yang
ditinggalkan oleh pengunjung, dimana burung peka terhadap perubahan lingkungan
yang ada disekitarnya.
III. KESIMPULAN
DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Dari
hasil praktek kerja lapang ini ditemukan sedikitnya ada sebanyak 36 jenis
burung yang berasal dari 18 famili. Dari jumlah tersebut, keluarga Columbidae
merupakan kelompok jenis burung yang sering ditemui. Dari hasil penghitungan
indeks Simpson diketahui bahwa tingkat keanekaragaman jenis burung di zona
eustaria Kondangmerak tergolong tinggi
dengan nilai 0,9.
2.
Saran
Dari hasil selama
praktek kerja lapang dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut di bawah
ini :
a. Melakukan penelitian dari tahun ke tahun dengan rentan
waktu yang panjang agar mendapatkan perbedaan keanearagaman jenis yang lebih
tinggi, sehingga mampu dijadikan salah satu objek pendidikan pengamatan burung.
Perlunya peran serta masyarakat untuk menjaga kawasan sekitar agar dapat
terlindung dari ancaman perburuan.
Daftar
Pustaka
Ardiyansah
dkk 2019. Potensi Pengembangan Jalur Birdwatching Berdasarkan Distribusi
Keanekaragaman Burung Di Hutan Lindung RPH Sumbermanjing Kulon KPH Malang. https://journal.ipb.ac.id
› index.php › konservasi › article › download. Diakses pada tanggal 9 Desemer
2019.
Bengen, DG 2002.
Identifikasi Kekayaan Sumberdaya Ekosistem Estuari –
Balai bp3ambon-kkp.org › KTI › Konservasi. Diakses pada tanggal 28 oktober 2019.
Zahid,
A 2011. Iktiofauna ekosistem estuari Mayangan, Jawa Barat. Diakses pada tanggal
15 November 2019
Siade, P.
2016. Analisis Habitat Dan Populasi Burung Pantai Di Pesisir Tanjung Bunga Kota
Makassar. Diakses pada tanggal 28 0ktober 2019.
Hartati,
R. 2014. Komposisi dan kelimpahan udang penaeid di
muara sungai kalisantren desa mangunharjo tugu semarang. Diakses pada tanggal
28 November 2019.
Baskoro, K. 2018. HALIASTER. Avifauna Semarang Raya
Atlas Biodiversitas Di Kawasan Semarang. Departemen Biologi Fakultas Sains dan
Matamatika, Universitas Diponegoro. Semarang.
Supriadi, I, H.
2001. Dinamika estuaria tropik. Diakses pada tanggal 28 November 2019.
Kamaluddi, A, dkk. 2019. Keanekaragaman Jenis Avifauna
di Pusat Latihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way Kambas. Diakses pada tanggal 28
Oktober 2019.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Sunarmi. 2019. Melestarikan keanekaragaman hayati
melalui pembelajaran di luar kelas dan tugas yang menantang. Diakses pada
tanggal 14 November 2019.
Safanah,
N. G. 2017. Keanekaragaman jenis burung di Taman
Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat 2017. Diakses pada
tanggal 14 November 2019.
Supriharyono,
M. S. 2000. Identifikasi Kekayaan Sumberdaya Ekosistem Estuari –
Balai bp3ambon-kkp.org › KTI › Konservasi. Diakses pada tanggal 28 oktober 2019.
Saroyo.
2017. Biodiversitas Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Kampus Universitas Sam
Ratulangi, Diakses pada tanggal 28 november 2019.
Hendra, S. 2017. Keanekaragaman jenis burung pada hutan dataran
rendah di kompleks gunung bulusaraung taman nasional bantimurung bulusaraung.
Di akses pada tanggal 15 November 2019.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 tentang kehutanan.
sekian dan terimaksih, semoga dapat bermanfaat untuk refrensi mengenai burung/aves.
kalau lebih jelas lagi mari belajar bersama di sekretariat kami :)okey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar