MAPALIPMA POST, 28
Desember 2006
Sampai
saat ini masih belum ada catatan yang terpadu mengenai areal hutan di Indonesia
sehingga analisis tentang penutupan hutan dan tingkat deforestasi yang
berlangsung harus didasarkan pada berbagai sumber nasional dan sub nasional.
Analisis penutupan hutan di Indonesia
yang disajikan dalam laporan ini secara umum didasarkan pada empat sumber
informasi yaitu:
·
Regional
Physical Planning Programme for Transmigration (ReppproT, 1990) yang melakukan
program pemetaan lahan melalui Departemen Transmigrasi dengan dukungan dana dan
bantuan teknis dari Inggris. Melalui program ini seluruh wilayah Indonesia
disurvei dengan memanfaatkan berbagai laporan yang ada. Walaupun tujuan utama kegiatan
ini adalah untuk mengidentifikasi lahan-lahan yang sesuai untuk
transmigrasi,program ini menghasilkan peta-peta dan data penutupan
lahan,termasuk 13 tipe hutan yang berbeda. Datanya berasal dari pelbagai tahun
tetapi umumnya digunakan untuk menunjukan keadaan hutan pada tahun 1985.
·
Set
Data RePPProt ini kemudian dimodifikasi oleh World Conservation
Monitoring Center
(WCMC, 1996). Kelas-kelas untuk klasifikasi lahan dikurangi jumlahnya dan
diselaraskan dan data yang bertentangan atau kurang lengkap kemudian diberi
penjelasan. Peta penutupan lahan untuk seluruh Indonesia tersedia dalam skala
1:250.000.
·
Inventarisasi
Hutan Nasional (NFI) (Gol/FAO, 1996) dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan
dengan dukungan dana dari Bank Dunia dan PBB. Laporan akhir kegiatan ini
menghasilkan peta-peta penutupan lahan dan tata guna lahan pada skala
1:250.000. Peta ini didasarkan dari data
satelit MSS dari tahun 1986 sampai 1991. Seluruh data yang digunakan berasal
dari pelbagai tahun tetapi pada umumnya menggambarkan keadaan lahan dan hutan
padaawal tahun 1991.
·
Serangkaian
peta penutupan hutan yang baru-baru ini dikembangkan oleh Indonesia yang
dibantu secara teknis oleh Bank Dunia.
Pemetaan dilakukan oleh Badan Planologi Departemen Kehutanan pada
tingkat reconnaissance terhadap citra satelit yang ada mengkategorikan tutupan
lahan hutan dan non hutan yang sayangnya tidak dicek di lapangan. Oleh sebab itu rawan terjadi kesalahan dalam
pembuatan klasifikasi hutan.
Kesulitan teknis semacam ini hanya
masalah awal yang harus dihadapi ketika harus memahami kondisi penutupan hutan
di Indonesia
dan praktek-praktek kehutanan. Para peneliti sampai saat ini harus menghadapi
pemerintah yang merahasiakan informasi,birokrasi yang menghambat dan
kepentingan industri.Saat ini pemerintah sudah mulai terbuka,ada kerjasama dari
pihak pejabat tetapi akses informasi masih terhambat oleh tumpang tindihnya
tanggung jawab berbagai lembaga,perubahan personil yang berlangsung sangat
cepat dan lemahnya kapasitas. Banyak tantangan dan frustasi dalam usaha untuk
mendapatkan data statistik tertentu.
Informasi lebih lanjut MAPALIPMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar